kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekspor CPO dijegal, Pemerintah agresif cari pasar


Rabu, 26 Juli 2017 / 21:15 WIB
Ekspor CPO dijegal, Pemerintah agresif cari pasar


Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Dessy Rosalina

JAKARTA. Produk kelapa sawit (CPO) dan turunannya dari Indonesia selalu mendapatkan hambatan untuk masuk ke negara-negara Uni Eropa (UE). Alasannya, harga CPO yang lebih bersaing akan mengancam komoditas bio diesel yang berasal dari komoditi jagung dan bunga matahari.

Kasan Muhri, Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Kementerian Perdagangan mengatakan bahwa pemerintah merespons cepat langkah UE mempersulit masuknya produk CPO tersebut.

Salah satu yang diambil adalah dengan menggarap pasar baru untuk produk CPO Indonesia.

"Vegetable Uni Eropa terganggu kalau ada CPO Indonesia. Mereka punya petani jagung, bunga matahari dan lainnya. Makanya dia banyak lakukan barrier, itulah kenapa pemerintah cari pasar lain," ujarnya di Jakarta, Rabu (26/7).

Menurutnya wajar bila CPO Indonesia lebih murah dibandingkan dengan produk bio diesel Eropa. Sebab, untuk menghasilkan 1 ton bio diesel saja itu, negara Eropa membutuhkan lahan 4 kali lipat lebih luas dibandingkan sawit.

Oleh karena itu, saat ini Uni Eropa tengah melakukan proteksi pasar. Namun bukan semata-mata karena dipersulit Eropa pemerintah melakukan pengembangan pasar.

Alasan lain yakni untuk mendongkrak ekspor non migas, asal tahu saja CPO menyumbang eskpor mencapai US$ 18-20 miliar per tahunnya. Apalagi demand terus bertumbuh dan supply di dalam negeri juga cukup baik.

"Di Afrika ada Afrika Selatan, Nigeria, Kenya, Mozambik dan Tunisia. Ini beberapa yang sudah ditargetkan untuk peningkatan akses pasar melalui perjanjian bilateral yang dipercepat," lanjutnya.

Selain negara Afrika, pemerintah juga menggarap pasar di Timur Tengah, Asia Selatan, Eurasia, Amerika dan Amerika Latin.

Dirinya mengatakan diversifikasi pasar untuk menggantikan pasar Uni Eropa yang sudah mulai banyak aturan dan sulit ditembus wajib dilakukan untuk menjaga impor CPO Indonesia.

"Pasar ke Cina, Pakistan, Bangladesh dan bahkan Amerika Serikat sudah mulai. Pasar yang lain juga kami garap karena CPO ini produk turunnya jauh lebih besar. Sekarang ini ekspor CPO turun karena lebih besar produk turunannya," lanjutnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×