kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ekspor karet di akhir tahun diprediksi menurun


Senin, 15 Oktober 2018 / 22:05 WIB
Ekspor karet di akhir tahun diprediksi menurun
ILUSTRASI. Petani menyadap getah karet


Reporter: Kiki Safitri | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Melemahnya ekspor pertanian periode Januari-September 2018 juga akan terjadi pada kinerja ekspor komoditas karet. ekspor karet di prediksi akan melamah hingga akhir tahun.

“Sudah barang tentu kalau melihat tren terutama untuk produk pertanian yang justru minus dimaana sektor lain plus, untuk karet saya rasa juga menglami tantangan berat kedepannya,” kata pengamat pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas kepada Kontan.co.id, Senin (15/10).

Dwi menambahkan bahwa sejauh ini tantangan terberat yang diprediksi akan terjadi adalah munculnya pesaing atau eksportir karet dari negara lain. Beberapa negara tersebut antara lain, Thailand, India dan Vietnam.

“Karena pesaing-pesaing karet kita semakin lama semakin banyak. Kan Indonesia masih menduduki posisi 2 dunia. Tapi yang harus di ingat perkembangan dan produksi karet di Thailand ini sangat pesat sehingga nampaknya Indonesia perlu lehih fokus terkait produksi karet supaya nanti jangan-jangan Vietnam akan menyusul juga,” ungkapnya.

Data ANRPC (Association of Natural Rubber Producing Countries ) tahun 2014 menunjukkan bahwa nega pengekspor karet terbesar adalah Thailand, disusul Indonesai, Malaysia, Vietnam dan India.

Dwi menambahkan bahwa sejauh ini negara tersebut bepeluang mengalahkan ekspor Indonesia sehingga ini perlu menjadi catatan bagi pemerintah.

“Jadi Vietnam dan India menjadi ancaman bagi kita, kita menduduki posisi ke dua untuk produksi karet, tapi kalah dari Thailan karena Thailand pertumbuhannya lebih pesat dibanding pertumbuhan produksi karet di Indonesia. Jadi penurunan tahun ini dianding tahun lalu menjadi warning dan catatan merah pemerinth terkait pertanian,” ujarnya.

Ia juga menyebut untuk trend ekspor non migas, akhir tahun tidak akan ada perubahan yang signifikan akibat masalah ekonomi global (perang dagang). Namun untuk sektor pertanian masih minus.

“Tidak ada perubahan yang banyak yang bisa kita harapkan. Karena suka tak suka, perang dagang sudah dimulai. Seperti tadi, ini sudah berdampak pada ekspor non migas kita. Tapi perkiraan saya masih positif lah dibanding tahun lalu, kecuali pertanian yang masih negative,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×