Reporter: Adhitya Himawan | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. PT Mayora Indah Tbk boleh bernafas lega karena kinerja mereka di semester I-2015 masih tumbuh meski tipis, yakni 1,64%. Dewi fortuna kinerja perusahaan ini berasal dari pasar ekspor.
Memang, kontribusi penjualan ekspor belum bisa mengalahkan penjualan lokal. Menilik laporan keuangan semester I-2015, penjualan ekspor sebesar Rp 3,55 triliun, atau porsinya 47,09% terhadap total penjualan Rp 7,54 triliun. Kontribusi selebihnya yakni 52,91% dari penjualan lokal.
Namun, pertumbuhan kinerja dua pangsa pasar tersebut berbeda jauh pada paruh pertama tahun ini. Penjualan ekspor semester I-2015 sebesar Rp 3,55 triliun itu tumbuh 32,12% dari semester I-2014 yakni Rp 2,69 triliun.
Sementara penjualan lokal sebesar Rp 3,99 triliun di semester I-2015 justru jeblok. Pasalnya nilai penjualan itu turun 16,09% dari penjualan lokal semester I-2014 yakni Rp 4,76 triliun.
Asal tahu saja, porsi kontribusi penjualan ekspor semester I-2015 mampu melebihi target Mayora saban tahun. "Kami alokasikan penjualan untuk ekspor sekitar 40% dari produksi kami setiap tahun," ungkap Sribugo Suratmo, Direktur Komunikasi PT Mayora Indah Tbk kepada KONTAN, Selasa (11/8).
Manajemen Mayora mengakui antusiasme pasar ekspor yang lebih tinggi ketimbang pasar lokal. Kondisi inilah yang membikin penjualan ekspor melonjak. Pasar ekspor terbesar perusahaan berkode MYOR di Bursa Efek Indonesia tersebut ke China, India, Nigeria dan negara-negara kawasan Timur Tengah.
Selain penjualan masih mampu tumbuh tipis, Mayora mencatatkan pertumbuhan laba bersih 96,98% menjadi Rp 608,59 miliar. Perusahaan tersebut menyebut pertumbuhan laba bersih itu terjadi karena mereka menggelar strategi untuk menurunkan biaya bahan baku.
Untuk kebutuhan satu bahan baku saja misalnya, Mayora minimal mengandalkan empat pemasok. Itu membikin perusahaan tersebut bisa mendapatkan harga kompetitif dari pemasok. "Selain itu, kami juga banyak mengandalkan bahan baku dalam negeri ketimbang impor," kata Yuni Gunawan, Sekretaris Perusahaan PT Mayora Indah Tbk.
Kembali menilik laporan keuangan semester I-2015, Mayora mengeluarkan dana Rp 3,96 triliun untuk belanja bahan baku dan pembungkus. Nilai belanja itu susut 25,76% dari belanja yang sama di semester I-2014 yakni Rp 5,33 triliun.
Punya dana siaga
Mayora yakin strategi internal itu bakal mampu mengantar mereka mencetak pertumbuhan kinerja di semester II-2015. Sayangnya perusahaan itu tak mau membeberkan target kinerja paruh kedua.
Yang pasti, selain menciutkan belanja bahan baku, Mayora juga merasa nyaman lantaran masih memiliki fasilitas pinjaman atawa letter of credit (LC) dari Bank ANZ Indonesia sebesar US$ 42 juta. Hingga saat ini, fasilitas tersebut belum terpakai.
Sribugo menjelaskan, fasilitas pinjaman tersebut adalah dana siaga yang akan Mayora gunakan tatkala dollar Amerika Serikat menguat lebih tinggi lagi sehingga rupiah semakin terpuruk. "Sehingga biaya impor bahan baku kami sudah kami antisipasi sejak sekarang," kata dia.
Mayora juga tercatat memiliki pinjaman sebesar US$ 30 juta dari International Finance Corporation (IFC). Pinjaman itu mereka peroleh pada 21 Mei 2014 itu. Tujuan penggunaan dana tersebut yakni untuk membiayai pengeluaran modal dan modal kerja.
Selain strategi internal, Mayora juga berharap pada trigger positif pengerek konsumsi produk mereka. Salah satunya adalah hari raya keagamaan seperti Natal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News