Reporter: Shintia Rahma Islamiati | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Tarif impor sebesar 19% yang diberlakukan pemerintah Amerika Serikat terhadap produk-produk asal Indonesia memberikan angin segar bagi daya saing ekspor nasional.
Riset terbaru Kiwoom Sekuritas Indonesia menilai, dibandingkan tarif terhadap negara pesaing seperti Vietnam (20%), India (23%–25%), dan China (lebih dari 50% untuk banyak kategori), Indonesia kini berada dalam posisi kompetitif yang lebih baik di pasar Amerika.
Menurut Liza Camelia Suryanata, Head of Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, meski tarif tersebut dibayar oleh importir AS, dampaknya tetap terasa bagi eksportir karena harga jual berpotensi naik atau pembeli beralih ke negara pemasok lain.
Baca Juga: Tarif 19% AS Kabar Baik untuk Sektor Perikanan, Tapi Buyer Masih Wait and See
Namun, posisi Indonesia saat ini dinilai cukup menguntungkan karena terhindar dari ancaman tarif lebih tinggi yang sebelumnya sempat dikabarkan akan mencapai 32%.
“Dengan dikenakan (tarif) 19%, Indonesia mendapat sedikit ruang napas dalam mempertahankan pangsa pasar ekspor ke AS di tengah tren proteksionisme,” ungkap Liza dalam laporan berjudul “Jangan Salah Kaprah – Untung Ruginya Tarif Trump 19% Buat Indonesia”, yang dirilis Rabu (16/7).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Perdagangan RI, produk ekspor utama Indonesia ke AS sepanjang 2024 hingga kuartal I-2025 meliputi tekstil dan produk tekstil, alas kaki, furnitur dan kerajinan kayu, produk perikanan (udang dan tuna), karet dan turunannya, kelapa sawit olahan (refined palm oil), dan komponen elektronik dan kabel.
Indonesia bersaing ketat dengan Vietnam (untuk tekstil, alas kaki, dan elektronik), India dan Bangladesh (produk tekstil murah), Malaysia (produk sawit), serta Thailand dan Filipina (perikanan dan elektronik). Dengan tarif Indonesia yang lebih rendah, peluang untuk merebut kembali sebagian pangsa pasar dari negara-negara tersebut terbuka lebar.
Baca Juga: Trump Kenakan Tarif Impor 19% untuk RI, Ini Dampaknya ke Pasar Saham dan Perekonomian
Namun, Kiwoom mengingatkan bahwa tarif rendah saja tidak cukup. Importir AS akan mempertimbangkan total landed cost, termasuk efisiensi logistik, kualitas produk, dan kepatuhan terhadap standar AS.
“Tarif adalah keunggulan awal, tapi tanpa efisiensi pengiriman dan kualitas produk yang terjaga, daya saing Indonesia tetap bisa tergeser,” jelas Liza.
Selanjutnya: Dorong Pertumbuhan Bisnis, DAAZ Rilis Obligasi Senilai Rp 500 Miliar
Menarik Dibaca: Depo Bangunan Gelar Undian dengan Total Hadiah Rp 16 Miliar hingga 2026
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News