Reporter: Mona Tobing | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Ekspor produk hilir atau turunan kelapa sawit atau processed palm oil (PPO) tahun ini diprediksi masih akan tumbuh. Tiga asosiasi industri hilir kelapa sawit memproyeksikan ekspor PPO tahun ini sekitar 13,8 juta ton atau naik 0.5% dari tahun 2014 yang mencapai 13.7 juta ton.
Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI), Asosiasi Produsen Biodiesel (Aprobi) dan Asosiasi Perusahaan Oleokimia (Apolin) menghitung ekspor PPO ini tahun ini berkontribusi 58% dari total ekspor produk sawit 2015 sebesar 23,7 juta ton. Meski naik tipis dibanding tahun 2014, proyeksi ekspor PPO ini lebih rendah daripada pencapaian tahun 2013 yang mencapai 13,9 juta ton.
Kenaikan ekspor ini juga ditopang tren kenaikan ekspor PPO ke Eropa. Tahun 2013, ekspor PPO ke kawasan Eropa mencapai 4 juta ton dan tahun lalu naik menjadi 4,13 juta ton. Tahun ini tren positif bisa berlanjut.
Kampanye Eropa terkait dengan kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) yang tak ramah lingkungan ternyata tak mengganggu permintaan PPO di pasar Eropa.
Togar Sitanggang, Ketua Apolin, mengatakan pasar ekspor PPO terus berkembang dengan munculnya negara tujuan ekspor baru bagi Indonesia seperti Amerika Serikat (AS), Timur Tengah dan Pakistan. Namun, sebenarnya pengusaha lebih antusias jika dalam negeri lebih maksimal menyerap PPO. "Penurunan volume ekspor PPO tak masalah asalkan penyerapan dalam negeri seperti untuk biodiesel meningkat, " ujarnya, akhir pekan lalu.
Dari target ekspor produk PPO sebesar 13,8 juta ton ini, persentase ekspor produk untuk kebutuhan hilirisasi produk makanan sebesar 11,04 juta ton atau naik dari tahun 2014 yang hanya sekitar 10,82 juta ton.
Porsi lainnya, produk PPO akan diserap oleh industri oleokimia sebanyak 1,3 juta ton atau naik dari angka 1,2 juta ton di tahun 2014 dan industri biodiesel 1,4 juta ton turun dari 1,6 juta ton dari volume ekspor tahun lalu.
Sahat Sinaga, Ketua GIMNI, menambahkan asosiasi tengah berupaya agar penyerapan dalam negeri meningkat, terutama untuk mengembangkan industri biodiesel dan minyak nabati lainnya.
Tahun ini, Sahat memproyeksikan, produksi biodiesel mencapai 2,2 juta ton naik dari tahun lalu yang hanya 1,5 juta ton. "Masih terbuka peluang memproduksi biodiesel mencapai 3 juta ton jika pemerintah serius menerapkan mandatori biodiesel ini," tandas Sahat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News