kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.464.000   2.000   0,08%
  • USD/IDR 16.683   20,00   0,12%
  • IDX 8.709   48,94   0,57%
  • KOMPAS100 1.201   8,49   0,71%
  • LQ45 856   7,45   0,88%
  • ISSI 314   0,76   0,24%
  • IDX30 439   4,41   1,02%
  • IDXHIDIV20 505   3,54   0,71%
  • IDX80 134   0,83   0,62%
  • IDXV30 139   0,23   0,16%
  • IDXQ30 139   1,03   0,75%

Eksportir Mulai Rasakan Dampak Tarif Tinggi AS, Tekstil & Elektronik Paling Tertekan


Rabu, 03 September 2025 / 17:35 WIB
Eksportir Mulai Rasakan Dampak Tarif Tinggi AS, Tekstil & Elektronik Paling Tertekan
ILUSTRASI. Aktivitas pekerja pabrik tekstil dan garmen PT Trisula International Tbk (TRIS).Kebijakan tarif tinggi Amerika Serikat (AS) yang berlaku sebulan terakhir mulai menimbulkan tekanan bagi eksportir Indonesia.


Reporter: Leni Wandira | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kebijakan tarif tinggi Amerika Serikat (AS) yang berlaku sebulan terakhir mulai menimbulkan tekanan bagi eksportir Indonesia. 

Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) Toto Dirgantoro mengatakan, dampaknya memang belum signifikan karena masih tahap awal, namun sudah dirasakan di sejumlah sektor.

“Tarif ini memang sudah berdampak, meskipun belum signifikan sekali karena baru permulaan dan masih bisa dinegosiasikan dengan buyer di sana. Tetapi dalam kondisi ekonomi global yang sedang berat, ekspor pasti ikut tertekan,” kata Toto kepada Kontan, Rabu (3/9).

Baca Juga: Ekspor Tekstil ke AS Terkoreksi Setelah Sebulan Tarif Tinggi Berlaku

Ia menambahkan, data penurunan ekspor nasional ke AS baru akan terlihat jelas setelah laporan Badan Pusat Statistik (BPS) keluar. Namun, sejumlah sektor sudah mulai terimbas. 

"Yang jelas dari beberapa sektor, termasuk tekstil, produk tekstil, elektronik, dan lain sebagainya juga pasti terdampak,” ujarnya.

Menurut Toto, pelaku ekspor sebenarnya sudah lama mencoba mencari pasar non-tradisional sebagai langkah diversifikasi. 

"Kita sudah dari awal mencari pasar-pasar baru di luar pasar tradisional. Memang belum besar, tapi sudah ada realisasi meskipun tidak bisa langsung menggantikan pasar utama seperti AS,” jelasnya.

Baca Juga: Tarif Impor 19% AS Berlaku, Ekspor Tekstil Berpotensi Menurun

Meski begitu, ia menekankan bahwa hambatan utama ekspor Indonesia bukan hanya tarif, melainkan tingginya biaya logistik dan produksi dalam negeri. 

"Misalnya produk kita dikenakan tarif 19% dan Vietnam 20%, tapi kos produksi dan logistik Vietnam jauh lebih rendah. Jadi harga produk mereka tetap lebih kompetitif dibanding Indonesia,” kata Toto.

GPEI berharap pemerintah dapat menjadikan momentum ini untuk menekan biaya logistik domestik sehingga daya saing produk ekspor tetap terjaga. 

Baca Juga: Negosiasi Tarif Ekspor ke AS: Indonesia Incar 0% untuk CPO, Kakao, dan Tekstil

"Kalau biaya logistik kita bisa ditekan, maka meski tarif tinggi, produk Indonesia tetap punya peluang bersaing di pasar global,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

[X]
×