Reporter: Leni Wandira | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kebijakan tarif tinggi Amerika Serikat (AS) yang berlaku sebulan terakhir mulai menimbulkan tekanan bagi eksportir Indonesia.
Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) Toto Dirgantoro mengatakan, dampaknya memang belum signifikan karena masih tahap awal, namun sudah dirasakan di sejumlah sektor.
“Tarif ini memang sudah berdampak, meskipun belum signifikan sekali karena baru permulaan dan masih bisa dinegosiasikan dengan buyer di sana. Tetapi dalam kondisi ekonomi global yang sedang berat, ekspor pasti ikut tertekan,” kata Toto kepada Kontan, Rabu (3/9).
Baca Juga: Ekspor Tekstil ke AS Terkoreksi Setelah Sebulan Tarif Tinggi Berlaku
Ia menambahkan, data penurunan ekspor nasional ke AS baru akan terlihat jelas setelah laporan Badan Pusat Statistik (BPS) keluar. Namun, sejumlah sektor sudah mulai terimbas.
"Yang jelas dari beberapa sektor, termasuk tekstil, produk tekstil, elektronik, dan lain sebagainya juga pasti terdampak,” ujarnya.
Menurut Toto, pelaku ekspor sebenarnya sudah lama mencoba mencari pasar non-tradisional sebagai langkah diversifikasi.
"Kita sudah dari awal mencari pasar-pasar baru di luar pasar tradisional. Memang belum besar, tapi sudah ada realisasi meskipun tidak bisa langsung menggantikan pasar utama seperti AS,” jelasnya.
Baca Juga: Tarif Impor 19% AS Berlaku, Ekspor Tekstil Berpotensi Menurun
Meski begitu, ia menekankan bahwa hambatan utama ekspor Indonesia bukan hanya tarif, melainkan tingginya biaya logistik dan produksi dalam negeri.
"Misalnya produk kita dikenakan tarif 19% dan Vietnam 20%, tapi kos produksi dan logistik Vietnam jauh lebih rendah. Jadi harga produk mereka tetap lebih kompetitif dibanding Indonesia,” kata Toto.
GPEI berharap pemerintah dapat menjadikan momentum ini untuk menekan biaya logistik domestik sehingga daya saing produk ekspor tetap terjaga.
Baca Juga: Negosiasi Tarif Ekspor ke AS: Indonesia Incar 0% untuk CPO, Kakao, dan Tekstil
"Kalau biaya logistik kita bisa ditekan, maka meski tarif tinggi, produk Indonesia tetap punya peluang bersaing di pasar global,” pungkasnya.
Selanjutnya: Nanobank Syariah Realisasikan Transaksi Sharia Restricted Investment Account (SRIA)
Menarik Dibaca: 15 Rekomendasi Makanan untuk Menurunkan Kolesterol Tinggi secara Alami Menurut Ahli
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News