Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Kendati harga minyak dan gas sedikit mengalami perbaikan, kondisi ini belum membuat perusahaan yang bergerak di jasa penunjang bisa bernafas lega. Maklum, banyak Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) menahan kegiatan eksplorasi.
Imbasnya, beberapa perusahaan jasa penunjang migas sedikit seret mendapatkan tender dan kontrak baru tahun ini. Namun, hal tersebut tidak terlalu mengganggu kegiatan operasi PT Elnusa Tbk. Emiten di Bursa Efek Indonesia berkode ELSA ini mengantisipasi sepinya tender di dalam negeri dengan mengikuti tender di luar negeri.
Seperti diketahui, anak usaha Pertamina ini sudah pernah melakukan pengerjaan kontrak jasa kontraktor migas untuk mengerjakan proyek-proyek di luar negeri. Seperti India, Aljazair dan Brunei.
Bahkan, pada tahun lalu, ELSA berpartisipasi mengikuti tender di Myanmar dan Malaysia. Nah, pada tahun ini, ELSA tak luput melihat peluang tersebut.
Perusahaan ini sudah memiliki rencana bisa mengikuti beberapa tender, khususnya di wilayah regional, seperti Asia Tenggara. "Pasti ada di Asia Tenggara. Kalau negara sama saja seperti tahun lalu, namanya juga tender, masih berpotensi," ujar Fajriyah Usman, Sekretaris Perusahaan ELSA kepada KONTAN, Minggu (5/2).
Apalagi, perusahaan ini tengah membidik pertumbuhan pendapatan 10% pada tahun ini. Sambil berharap pada jasa hulu migas dan transportasi sebagai penyokong pertumbuhan. Asumsi tersebut bisa tercapai bila harga minyak mampu stabil di US$ 50 hingga US$ 55 per barel.
Oleh karena itu, kendati di dalam negeri masih sepi tender, Elnusa terus membidik peluang di negeri orang. Sementara di dalam negeri perusahaan ini sudah mendapatkan kontrak baru. Salah satunya dari jasa kapal seismik yang berasal dari PT Pertamina Hulu Energy (PHE).
Dengan kompetensinya dan pernah melakukan pengerjaan di beberapa negara, saat ini ELSA cukup kompetitif bisa mengikuti tender di luar negeri. Otomatis, perusahaan ini tidak lagi tergantung dengan banyak atau tidaknya tender yang tersedia di dalam negeri.
Selain itu, harga yang didapatkan dari proyek di luar negeri sedikit lebih baik dibandingkan dengan tender lokal. "Kalau tender sesuai dengan spesifikasi pasti kami akan ikut," lanjutnya.
Tahun ini perusahaan mengalokasikan dana belanja modal atau capex sekitar US$ 60 juta yang digunakan untuk pengembangan bisnis seismik, industri kapal dan flare gas. Selain itu, perusahaan ini juga akan melakukan investasi membeli streamer untuk kapal seismik dengan nilai mencapai US$ 2 juta. Tak lupa, Elnusa banyak melakukan diversifikasi. Salah satunya pembangunan pembangkit listrik flare gas yang sudah berjalan sejak tahun lalu.
Saat ini, mayoritas pendapatan ELSA ditopang jasa logistik migas. Bisnis ini telah beroperasi di 27 kota di seluruh Indonesia dengan memiliki lebih dari 4.000 armada. Tahun ini, target jasa logistik migas menyumbang 45% pendapatan Elnusa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News