kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.945.000   -6.000   -0,31%
  • USD/IDR 16.290   6,00   0,04%
  • IDX 7.606   72,54   0,96%
  • KOMPAS100 1.082   12,15   1,14%
  • LQ45 800   6,71   0,85%
  • ISSI 254   -0,52   -0,20%
  • IDX30 413   4,37   1,07%
  • IDXHIDIV20 473   6,15   1,32%
  • IDX80 121   0,84   0,71%
  • IDXV30 126   2,02   1,63%
  • IDXQ30 132   1,65   1,26%

Emiten dan Asosiasi Ungkap Tantangan & Peluang Industri Kimia pada Semester II-2025


Senin, 11 Agustus 2025 / 09:55 WIB
Emiten dan Asosiasi Ungkap Tantangan & Peluang Industri Kimia pada Semester II-2025
ILUSTRASI. FILE : Komplek PT. Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) di Cilegon, Banten. PT. Chandra Asri Pacific Tbk , selaku anak usaha PT Barito Pacific Tbk. Sejumlah emiten dan pelaku industri mengungkap tantangan dan peluang sektor kimia pada semester II-2025.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten dan pelaku industri mengungkap tantangan dan peluang sektor kimia pada semester II-2025. Sebagian tetap memasang mode waspada seiring tekanan yang membayangi di pasar dalam negeri maupun faktor global.

Secara agregat, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat industri kimia, farmasi dan obat tradisional tumbuh 9,39% secara tahunan pada triwulan II-2025.

Menurut BPS, pertumbuhan itu sejalan dengan peningkatan permintaan domestik untuk produk farmasi dan obat tradisional, serta permintaan luar negeri untuk bahan dan barang kimia.

Namun untuk industri kimia, realita di lapangan pada semester I-2025 tak seindah angka yang tersaji.

Baca Juga: Industri Kimia Dibayangi Banjir Impor dan Daya Beli

Sekretaris Jenderal Indonesia Olefin, Aromatic and Plastic Industry Association (Inaplas) Fajar Budiyono mengungkapkan kondisi industri kimia hulu cenderung tertekan pada separuh pertama tahun ini.

Fajar menyoroti dampak dari barang impor yang membanjiri pasar dalam negeri, terutama produk bahan baku plastik dari China. Kondisi ini menekan tingkat utilisasi industri kimia di dalam negeri yang kini sedang tertekan di sekitar level 70%.

Tekanan juga datang dari pelemahan daya beli yang menurunkan permintaan pada sejumlah sektor.

Selain itu, ada dampak dari faktor eksternal berupa kenaikan harga minyak mentah dunia dan eskalasi geopolitik, terutama di timur tengah, yang membawa kendala pada rantai pasok bahan baku.

Fajar menggambarkan, tekanan tersebut bahkan membuat salah satu pabrik anggota Inaplas menghentikan kegiatan produksinya.

Baca Juga: Kimia Farma (KAEF) Luncurkan Injeksi Penghilang Nyeri Produksi Lokal

"Kalau dibandingkan tahun lalu (kinerja industri kimia) nggak terlalu bagus. Impor banyak sekali dari China. Kalau daya beli makin turun, kami juga khawatir utilisasi juga ikut menurun," terang Fajar saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (8/8).

Memasuki semester kedua, Fajar berharap adanya proteksi dari banjir produk impor, terutama dari China.

Sekaligus dorongan untuk menumbuhkan daya beli dan konsumsi masyarakat, sehingga bisa kembali menggairahkan permintaan dari pasar dalam negeri. Dengan begitu, utilisasi industri kimia diharapkan akan kembali terdongkrak.

"Kami berharap banyak ke pemerintah untuk melindungi industri dalam negeri agar utilisasi bisa naik, terutama di industri hilir dan industri intermediate. Sebenarnya potensi untuk naik masih ada, tapi bagaimana pemerintah mendorong daya beli, terutama di sektor manufaktur," ujar Fajar.

Dihubungi terpisah, Ketua Umum Asosiasi Industri Kimia Khusus Indonesia (AIKKI) Ridwan Adipoetra menyoroti kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).

Baca Juga: Kimia Farma Dukung Kopdes Merah Putih Akses Obat dan Layanan Kesehatan

Penetapan aturan TKDN terbaru diharapkan bakal membuka peluang besar bagi industri kimia nasional untuk meningkatkan penjualan dalam negeri.

Melalui reformasi TKDN, pelaku industri mengharapkan produk dengan kandungan lokal tinggi akan lebih kompetitif, terutama dalam pengadaan pemerintah dan BUMN.

Sedangkan untuk pasar ekspor, Ridwan melihat ada peluang dari kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS).

Menurut Ridwan, tarif impor yang lebih tinggi terhadap produk kimia dari negara pesaing seperti China, memberikan keunggulan kompetitif bagi produk Indonesia yang berorientasi ekspor. Dengan begitu, ada peluang untuk memperluas pangsa pasar ke AS.

Adapun, anggota AIKKI telah mengekspor produk kimia ke berbagai kawasan. Mencakup Eropa, Amerika, Asia, Timur Tengah, Afrika dan Australia.

Baca Juga: Menakar Prospek dan Strategi Emiten Industri Kimia pada 2025

"Respons positif dari Kementerian Perdagangan terhadap permintaan kami untuk mendorong ekspor ke negara-negara tujuan anggota AIKKI. Potensi pembukaan akses pasar baru dan fasilitasi promosi produk kimia Indonesia di luar negeri," ungkap Ridwan.

Meski di sisi yang lain, pemerintah dan pelaku industri perlu semakin waspada terhadap banjir produk impor dari China ke pasar dalam negeri. Dus, Ridwan menyoroti perlunya strategi proteksi, peningkatan kualitas serta efisiensi produksi di dalam negeri.

Strategi Emiten Kimia

Secara bisnis, sejumlah emiten yang bergerak di industri kimia menunjukkan kinerja yang bervariasi sepanjang paruh pertama tahun ini. Merujuk laporan keuangan, pemain utama di sektor industri petrokimia, PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) mengalami lonjakan pendapatan.

Emiten dari Grup Barito milik taipan Prajogo Pangestu ini mampu membalikkan rugi menjadi kembali meraih laba bersih.

Selain dampak dari strategi ekspansi dan diversifikasi bisnis, kontribusi segmen kimia sebagai pilar bisnis utama TPIA juga mengalami pertumbuhan signifikan.

Pendapatan dari segmen kimia TPIA melejit 118,5% secara tahunan dari US$ 819,3 juta menjadi US$ 1,79 miliar. Pendongkrak kinerja TPIA secara keseluruhan adalah akuisisi Aster Chemicals and Energy Pte. Ltd. dari Shell pada 1 April 2025. 

Baca Juga: Intip Strategi dan Peluang Emiten Industri Kimia di Tahun 2025

Akuisisi tersebut memungkinkan TPIA untuk memasuki bisnis kilang serta memperluas lini produk di segmen kimia.

Direktur Sumber Daya Manusia dan Urusan Korporat Chandra Asri Pacific, Suryandi mengungkapkan segmen bisnis kimia TPIA menunjukkan kinerja operasional yang solid pada semester I-2025.

"Produksi dan penjualan produk berjalan stabil, dengan pemanfaatan fasilitas produksi yang optimal untuk memenuhi permintaan pasar domestik dan regional. Untuk memperkuat kinerja, sejak awal tahun Chandra Asri Group telah melakukan diversifikasi dan transformasi bisnis ke sektor energi, kimia dan infrastruktur," kata Suryandi.

Meski moncer di paruh pertama, tapi TPIA menyadari bahwa sektor petrokimia sedang menghadapi banyak tantangan. Terutama datang dari faktor global seperti volatilitas harga bahan baku dan ketidakpastian geopolitik.

Di tengah tantangan tersebut, Suryandi berharap ada dorongan dari pasar dalam negeri, dengan ekspektasi stabilitas pertumbuhan ekonomi dan konsumsi masyarakat.

"Dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil dan konsumsi masyarakat, kebutuhan produk petrokimia di berbagai sektor industri hilir diperkirakan akan meningkat," kata Suryandi.

Emiten yang bergerak di bisnis bahan kimia, PT Chemstar Indonesia Tbk (CHEM) juga mengalami kenaikan kinerja. Penjualan CHEM tumbuh 13,48% secara tahunan (yoy) menjadi Rp 106,97 miliar pada semester I-2025. 

Direktur Chemstar Indonesia, Wenty Akbar Rasjid membeberkan pendapatan CHEM berasal dari tiga bisnis unit. Meliputi bahan kimia untuk sektor tekstil, pertanian (agro) dan energi.

Baca Juga: Simak Kinerja Emiten Kimia pada Kuartal Pertama dan Strateginya pada 2025

Wenty menyoroti permintaan bahan kimia untuk sektor tekstil yang sedang tertekan. Omzet CHEM dari sektor tekstil mengalami penurunan sekitar 20%. "Untuk industri tekstil saat ini dalam tekanan yang sangat berat. Namun untuk industri energi dan agro, peluang masih terlihat cerah," kata Wenty.

Dus, fokus CHEM pada semester II-2025 adalah menggali peluang dari permintaan di sektor energi dan agro di pasar dalam negeri. Peluang di sektor agro terdorong oleh upaya pemerintah mencapai swasembada pangan.

Sedangkan penopang di sektor energi adalah target untuk meningkatkan lifting minyak. "Outlook kimia di industri agro dan energi masih cerah, namun juga harus tingkatkan inovasi dan berkompetisi dengan produk-produk yang mengandung high-tech faktor," terang Wenty.

Direktur & Corporate Secretary PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) Suresh Vembu juga melirik peluang dari permintaan produk kimia dari industri dalam negeri. Suresh mengatakan bahwa bisnis kimia dasar AKRA melayani industri-industri kritikal yang berkaitan erat dengan pertumbuhan ekonomi nasional.

AKRA pun secara intensif meningkatkan kapasitas tank terminal di lokasi-lokasi strategis sesuai kebutuhan pelanggan industri.

"Kami memastikan pasokan yang berkelanjutan bagi pelanggan, karena ketersediaan supply adalah faktor krusial di tengah persaingan global dan kondisi ekonomi yang kompetitif," ungkap Suresh.

Baca Juga: Lautan Luas (LTLS) Meramu Aneka Strategi Bisnis

Peluang lain datang dari Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE) di Gresik.

Suresh menyampaikan, KEK JIIPE Gresik terus berkembang menjadi ekosistem industri, khususnya di sektor pengolahan hilir tembaga, kimia, dan energi terbarukan.

Perkembangan ini membuka peluang bagi AKRA untuk menambah pelanggan baru di segmen kimia dasar.

"Tim manajemen secara proaktif menangkap peluang dari pelanggan baru, terutama yang terlibat dalam program hilirisasi mineral dan pengembangan ekosistem industri tembaga, kimia, serta energi terbarukan di KEK JIIPE Gresik," terang Suresh.

Selanjutnya: Sebulan Harga Naik 2,05% Harga Emas Antam Hari Ini Terseok (11/8/2025)

Menarik Dibaca: Melorot, Harga Emas Antam Turun Hari Ini Senin 11 Agustus 2025

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak Executive Macro Mastery

[X]
×