Reporter: Agustinus Beo Da Costa | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Calon mitra Medco Energy pasca hengkangnya Premier Oil di Blok A Aceh samar-samar mulai terlihat. Hingga kini, ada empat perusahaan minyak dan gas (migas) yang berminat membeli 41,67% saham (interest) Premier Oil di blok migas tersebut.
Zuldadi Rafli, Hubungan Masyarakat Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengatakan, empat perusahaan ini bahkan sudah melihat data Blok A Aceh ini. Detailnya: dua perusahaan lokal dan dua perusahaan asing. "Di antara dua perusahaan lokal ini, satunya adalah dari badan usaha milik negara (BUMN), yaitu Pertamina," ujar Zuldadi kepada KONTAN, Selasa (8/4).
Masing-masing perusahaan peminat blok ini, kata Zuldadi, diberi kesempatan membedah data soal Blok A Aceh. Adapun proses menganalisa data ini membutuhkan waktu antara tiga bulan sampai enam bulan.
Nantinya, informasi berupa data reservoir dan data geologis akan dikaji dan dihitung para peminat. Nah, dari perhitungan itulah, empat perusahaan tersebut akan memutuskan apakah mau mengakuisisi atau tidak saham Premier Oil di blok ini.
Adapun nilai akuisisi 41,67% saham Premier Oil di blok migas ini, kata Zuldadi, akan dihitung berdasarkan cadangan migas yang ada dan investasi yang sudah dikeluarkan Premier Oil selama ini. "Setelah didapat angkanya, maka calon pembeli bisa langsung bernegosiasi dengan Premier Oil," jelasnya.
Pertamina tertarik
Sekadar mengingatkan, Premier Oil berencana hengkang dari Blok A Aceh. Hubungan Investor Premier Oil Elisabeth Brooks pernah mengatakan, perusahaannya akan mendivestasikan 41,67% kepemilikan di blok tersebut.
Awalnya, Premier Oil mengakuisisi 16,7% saham Blok A Aceh pada April 2006 dari anak usaha ExxonMobil. Lantas kepemilikan terus meningkat menjadi 41,67% pada Januari 2007.
Blok migas ini memiliki tiga lapangan migas yang belum dikembangkan, yaitu Alur Siwah, Alur Rambong, dan Julu Rayeu.
Pada April 2013, eksplorasi di sumur Matang-1 pada blok ini berhasil menemukan gas kualitas baik dengan jumlah aliran per jam atau flow rates sebanyak 25 juta kaki kubik. Adapun perkiraan cadangan terbukti dan terduga di blok ini sebesar 121,7 miliar kaki kubik (bcf).
Dengan divestasi ini, Premier Oil saat itu akan fokus mengembangkan aset migas mereka yang masih berproduksi, seperti di Blok Natuna Sea.
Selain itu, langkah divestasi ini merupakan bagian dari strategi perusahaan untuk melepas kepemilikan pada aset yang belum dikembangkan dan Premier Oil tidak menjadi operator. "Aset seperti Blok A Aceh ini tidak mendukung profil pertumbuhan cash flow perusahaan ke depan," paparnya.
Direktur Hulu Pertamina Muhammad Husein mengatakan bahwa Pertamina saat ini ikut mengkaji data Blok A Aceh. Hanya saja, kata dia, hingga kini belum ada keputusan final Pertamina untuk mengakuisisi kepemilikan saham Premier Oil di blok itu. " Belum, sementara masih dikaji bersama tim," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News