Reporter: Sandy Baskoro | Editor: Sandy Baskoro
Mengacu pada hasil survei EY Global Capital Confidence Barometer (CCB22) edisi ke-22, responden memandang pandemi Covid-19 akan berdampak cukup berat pada perekonomian global dalam bentuk penurunan konsumsi dan gangguan rantai pasokan, dengan terhentinya hampir seluruh kegiatan sosial.
Pandemi ini juga memunculkan transisi permintaan konsumen atas kesehatan dan keselamatan, serta perbelanjaan online. Jumlah responden survei tersebut lebih dari 2.900 eksekutif C-Suite (level CEO, CFO, COO) secara global, termasuk 260 orang dari wilayah ASEAN.
Baca Juga: BPS catat ekspor Indonesia anjlok 13,11% pada April 2020, ini pemicunya
Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan pertumbuhan global akan melorot menjadi -3%, sementara pertumbuhan PDB Indonesia menyusut menjadi 0,5% pada tahun 2020.
Sementara survei EY yang dilakukan live kepada peserta webinar menunjukkan bahwa penjualan online dan marketplace adalah prioritas utama untuk meningkatkan posisi mereka. Sebagian besar pengecer memprioritaskan digitalisasi bisnisnya, bukan pada divestasi atau restrukturisasi sebagai opsi strategis utama dalam 12 bulan ke depan.
Baca Juga: Impor barang konsumsi turun pada April 2020
Pada strategi pengurangan biaya, peserta memilih corporate overhead dan biaya back-office sebagai pilihan teratas, diikuti pengurangan biaya in-store dan rasionalisasi portofolio toko, harga barang, serta logistik.
Selain itu, working capital menjadi pilihan sebagai area key cash release (likuiditas) bagi sebagian besar responden. Melengkapi pandangan di atas, lebih dari 60% responden mengklaim bahwa mereka memiliki sumber daya yang diperlukan untuk mendukung peningkatan bisnisnya.