Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Harga lelang teh di Februari ini semakin mewangi. Ketua Lelang Teh Kantor Pemasaran Bersama PT. Perkebunan Nusantara (KBP PTPN) Dadang Juanda mengatakan, harga teh semua jenis per 16 Februari ini naik dibandingkan minggu sebelumnya pada 9 Februari.
Harga teh jenis orthodox per 16/2 sebesar US$ 2,03 per kilogram. Harga ini lebih tinggi dibanding harga lelang minggu sebelumnya senilai US$ 1,99 per kg. Harga teh jenis cutting, tearing, curling (CTC) tercatat US$ 2,27 per kg, lebih tinggi dari lelang minggu sebelumnya yaitu US$ 2,16 per kg.
Dadang mengatakan, kenaikan harga ini disebabkan adanya sentimen pasar akibat krisis politik yang melanda Mesir beberapa waktu lalu. Mesir selama ini memasok sekitar 21% kebutuhan teh dunia terutama untuk kawasan Eropa dan Amerika. Krisis politik tersebut membuat pasokan teh dari Mesir terhambat. Akibatnya, negara-negara di Eropa dan Amerika mengalihkan permintaan ke Indonesia.
"Otomatis harga teh di sini naik," jelas Dadang kepada KONTAN, Selasa (22/2).
Faktor kualitas teh Indonesia yang terus meningkat juga menjadi penyebab naiknya permintaan. Dadang bilang, negara-negara di Eropa dan Amerika sudah memandang teh Indonesia memiliki kualitas bagus. "Akibatnya, mereka mulai gencar mengambil teh Indonesia," kata Dadang.
Target produksi naik
Kenaikan harga teh di lelang PTPN ini juga diimbangi dengan kenaikan target produksi teh tahun ini. Gamal Nasir, Direktur Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian (Kementan) mengatakan, pemerintah menargetkan produksi teh tahun ini sebanyak 153.000 ton, naik dari produksi tahun 2010 sejumlah 150.000 ton.
Untuk mencapai target itu, Kementan bakal melakukan intensifikasi produksi. Gamal bilang selama ini produksi teh di Indonesia belum maksimal. Satu hektare areal teh idealnya menghasilkan 8.000-10.000 ton per tahun. Kenyataannya, produksi yang bisa dicapai maksimal hanya 7.000 ton per hektare setiap tahun.
"Kami punya target produksi teh per 1 hektare lahan bisa ideal di tahun ini," ujar Gamal kepada KONTAN. Dari sisi areal teh secara nasional, kementan mencatat setidaknya terdapat 123.554 hektare lahan yang digunakan untuk menanam teh.
Gamal menambahkan kementan juga sedang menjajaki perjanjian kerjasama dengan Sri Langka untuk mengembangkan produksi teh dalam negeri. Sri Langka, lanjut Gamal, sudah memiliki teknologi dan sumber daya manusia (SDM) yang bagus dalam pengembangan teh. Nantinya, bakal ada transfer teknologi dan keahlian dari orang-orang Sri Langka kepada Indonesia. Sayangnya, Gamal belum bisa memastikan kapan perjanjian ini akan disepakati dan bentuk-bentuk kerjasamanya. "Kita masih tahap negosiasi," tandas Gamal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News