Reporter: Leni Wandira | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan logistik global Federal Express Corporation (FedEx) memberikan edukasi praktis untuk memberikan edukasi praktis untuk membantu pelaku usaha di kawasan Asia Pasifik dalam menghadapi kompleksitas baru dalam perdagangan lintas batas.
Langkah ini diambil menyusul penyesuaian regulasi kepabeanan global, terutama perubahan aturan de minimis di Amerika Serikat, yang berpotensi meningkatkan biaya dan risiko distribusi bagi pelaku usaha ekspor-impor.
Manajemen menggelar serangkaian webinar yang menjangkau lebih dari 3.800 pelanggan di sembilan pasar Asia Pasifik, untuk membantu pelaku usaha – mulai dari UKM hingga korporasi multinasional – menavigasi perubahan aturan secara lebih efisien.
“Sebagai mitra perdagangan yang terpercaya, kami berkomitmen membantu pelanggan memastikan akses yang efisien ke pasar-pasar utama,” kata Salil Chari, Senior Vice President, Marketing and Customer Experience, Asia Pacific, FedEx, dalam keterangannya, Senin (20/10/2025).
Baca Juga: FedEx Luncurkan Import Tool untuk Memudahkan Perdagangan Internasional
Hasil survei FedEx menunjukkan adanya pergeseran fokus pasar ekspor. Meski Amerika Serikat masih menjadi tujuan utama bagi sekitar 25% pelaku usaha Asia Pasifik, lebih dari 40% responden mengungkapkan rencana diversifikasi pasar ke kawasan Intra-Asia (22%) dan Eropa (21%) dalam 12 bulan ke depan.
Pergeseran ini mencerminkan respons pelaku usaha terhadap ketidakpastian tarif, kebijakan dagang, dan potensi disrupsi pasokan di pasar tradisional seperti AS.
Dalam laporan yang sama, 25% responden menyebut transparansi bea masuk dan pajak sebagai kebutuhan utama. Di sisi lain, 27% responden menganggap ketidakpastian regulasi sebagai tantangan terbesar dalam perdagangan lintas batas.
Sebagai respons, FedEx memperkuat platform U.S. Tariff Hub yang menyediakan panduan lengkap seputar tarif, kebijakan kepabeanan, serta dokumentasi perdagangan untuk pasar AS. Selain itu, perusahaan memperluas akses ke tim ahli regulasi 24 jam guna memastikan kelancaran ekspor ke lebih dari 220 negara dan wilayah.
Baca Juga: Laba FedEx Lampaui Ekspektasi Berkat Efisiensi Biaya, Saham Naik 5,5%
FedEx juga menanamkan investasi pada inovasi digital untuk mendukung otomatisasi pengiriman. Inovasi seperti pencarian kode Harmonized Tariff Schedule (HTS) berbasis AI dan chatbot kepabeanan pintar dirancang untuk membantu pengirim menghindari kesalahan klasifikasi barang, yang kerap menjadi penyebab penundaan dan beban tambahan bea.
Mengantisipasi meningkatnya kebutuhan diversifikasi pasar, FedEx meluncurkan inisiatif Go-To Europe Hub di lima negara Asia Pasifik, yaitu Australia, Malaysia, Selandia Baru, Filipina, dan Singapura. Program ini menghadirkan panduan lokal, video, serta laman informasi di situs resmi FedEx untuk membantu UKM memperluas bisnis ke pasar Eropa.
Untuk memperkuat jaringan pengiriman intra-kawasan, FedEx menambah rute baru dari Korea Selatan ke Vietnam dan Taiwan, serta koneksi ke Asia Pacific Hub di Guangzhou, Tiongkok. Ekspansi ini menjadi bagian dari upaya perusahaan dalam memperkuat arus perdagangan regional seiring dengan pergeseran rantai pasok global.
“FedEx membantu bisnis di Asia Pasifik meningkatkan transparansi biaya dan bea, memperlancar proses kepabeanan, serta membuka peluang pertumbuhan baru di kawasan dan di Eropa dengan penuh keyakinan,” tegas Chari.
Selanjutnya: Harga Minyak Anjlok Hampir 2% di Tengah Kekhawatiran Kelebihan Pasokan Global
Menarik Dibaca: Simak Ramalan Zodiak Karier & Keuangan Besok Selasa 21 Oktober 2025
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News