Reporter: Evilin Falanta | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Lembaga survei Frost and Sullivan dalam hasil survei mengenai pasar wireless broadband menemukan fakta bahwa, tingkat penetrasi pasar broadband di Indonesia merupakan salah satu yang terendah dari Asia Tenggara.
Penetrasi pasar broadband di Indonesia tertinggal sekitar 3 tahun di belakang Filipina dan Thailand. Walaupun begitu, penetrasi pasar broadband di Indonesia dari tahun ke tahun tetap terjadi peningkatan.
Eugene van de Weerd, Country Director Frost and Sullivan Indonesia mengatakan dalam survei itu pula bahwa, tingkat penetrasi broadband pada industri rumah tangga Indonesia di 2011 meningkat menjadi 5% dari pertumbuhan 2% di 2010.
Sementara itu, lembaga survei dunia ini juga menggambarkan pembangunan infrastruktur nirkabel di pasar global utama seperti China dan Peru, memiliki potensi pertumbuhan pasar broadband nirkabel yang besar saat ini.
Sedangkan menurut statistik dari Bank Dunia, Peru juga diposisikan sebagai pasar broadband nirkabel yang sedang berkembang pesat. Pasalnya, penggunaan internet meningkat 10% dari total populasi di tahun 2003 menjadi 25% dari total populasi pada akhir tahun 2008.
Menurut Senior Consultant of Information and Communication Technology Frost and Sullivan, James Brehm, dengan populasi penduduk sebanyak 1,35 miliar, maka China menduduki peluang penetrasi pasar nirkabel peringkat kedua di Amerika Serikat pada akhir 2010.
"Yang paling penting bagi setiap operator seluler di tiap negara adalah terbukanya akses pelayanan terhadap pelanggan. ChinaTel contohnya, sebagai perusahaan telekomunikasi di China telah berhasil memperluas jejaknya sebagai penyedia broadband nirkabel dalam industri telekomunikasi yang persaingannya begitu ketat," jelas Brehm melalui rilisnya kepada KONTAN, Senin (25/4).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News