kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.360.000   29.000   1,24%
  • USD/IDR 16.616   9,00   0,05%
  • IDX 8.067   -160,68   -1,95%
  • KOMPAS100 1.104   -18,58   -1,66%
  • LQ45 772   -16,13   -2,05%
  • ISSI 289   -5,28   -1,79%
  • IDX30 403   -8,81   -2,14%
  • IDXHIDIV20 455   -7,63   -1,65%
  • IDX80 122   -2,25   -1,82%
  • IDXV30 131   -1,45   -1,10%
  • IDXQ30 127   -1,92   -1,49%

GABEL Waspadai Tekanan Rantai Pasok Industri Elektronik Imbas Perang Dagang AS-China


Selasa, 14 Oktober 2025 / 15:27 WIB
GABEL Waspadai Tekanan Rantai Pasok Industri Elektronik Imbas Perang Dagang AS-China
ILUSTRASI. Penjualan produk elektronik di sebuah pusat penjualan elektronik di Jakarta, Rabu (29/5/2024). pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/29/05/2024. GABEL menilai kebijakan kenaikan tarif impor AS terhadap produk asal China berpotensi mengubah dinamika rantai pasok industri elektronik global.


Reporter: Leni Wandira | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gabungan Pengusaha Elektronik Indonesia (GABEL) menilai kebijakan kenaikan tarif impor Amerika Serikat (AS) terhadap produk asal China hingga 100% berpotensi mengubah dinamika rantai pasok industri elektronik global, termasuk Indonesia.

Sekretaris Jenderal GABEL Daniel Suhardiman mengatakan, ketegangan dagang antara AS dan China mendorong sejumlah produsen global untuk meninjau ulang lokasi produksi mereka. Indonesia dinilai mulai mendapat limpahan investasi baru, terutama pada lini produk peralatan rumah tangga seperti pendingin udara (AC).

Baca Juga: Menkeu Purbaya Buka Peluang Turunkan Tarif PPN pada Tahun 2026

“Relokasi assembly ke Indonesia memang terjadi, khususnya untuk produk-produk peralatan rumah tangga seperti AC,” ujar Daniel kepada Kontan, Selasa (14/10). Namun, Daniel menekankan bahwa pelaku industri tetap harus menekan biaya produksi untuk mengimbangi potensi kenaikan biaya rantai pasok akibat kebijakan tarif tersebut.

“Biaya produksi harus ditekan untuk bisa menutup kenaikan biaya rantai pasok dan lainnya,” jelasnya.

Menurut GABEL, kebijakan tarif baru AS tidak hanya membuka peluang bagi ekspor elektronik Indonesia, tetapi juga menghadirkan tantangan bagi industri dalam negeri yang masih bergantung pada pasokan komponen dari China. Gangguan logistik dan kenaikan harga bahan baku bisa menekan margin produsen lokal jika tidak diantisipasi.

Daniel menambahkan, pelaku industri berupaya menjaga stabilitas harga jual di tengah tekanan eksternal, termasuk pelemahan nilai tukar rupiah dan penurunan daya beli masyarakat.

“Sebisa mungkin kami menjaga kestabilan harga jual meskipun nilai tukar rupiah melemah dan permintaan menurun karena daya beli masyarakat yang turun,” ungkapnya.

Dengan kondisi tersebut, GABEL menilai ketahanan rantai pasok dan efisiensi produksi menjadi kunci bagi industri elektronik nasional dalam menghadapi dampak lanjutan perang dagang AS–China. Pemerintah diharapkan dapat memperkuat kebijakan dukungan bagi investasi dan bahan baku lokal agar industri semakin kompetitif menghadapi gejolak global.

Baca Juga: Wamenkeu Akui Realiasasi Belanja Negara Masih Lambat hingga September 2025

Selanjutnya: Raharja Energi Cepu (RATU) Genggam Peringkat idA dari Pefindo, Prospek Stabil

Menarik Dibaca: Promo Alfamart Snack Fair Periode 1-15 Oktober 2025, Beli 1 Gratis 1 Lay’s-Cheetos

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×