kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

GAPMMI: Industri makanan dan minuman bisa tumbuh 5%-7% tahun depan


Kamis, 10 Desember 2020 / 20:20 WIB
GAPMMI: Industri makanan dan minuman bisa tumbuh 5%-7% tahun depan
ILUSTRASI. Warga memlih makanan dan minuman saat berbelanja di Pasar Swalayan di Bandung, Jawa Barat. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/ama.


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) memproyeksi industri makanan dan minuman (mamin) bisa tumbuh 5%-7% pada tahun depan.

Ketua Umum GAPMMI, Adhi S. Lukman mengatakan, pertumbuhan industri mamin pada tahun depan didorong oleh pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diperkirakan bisa tumbuh hingga 6%, merujuk kepada proyeksi International Monetary Fund (IMF). 

Selain itu, optimisme GAPMMI juga berdasar pada tren penjualan ekspor mamin yang cukup baik di masa pandemi. “Semasa pandemi ini kita ternyata ekspor makanan minuman tidak turun, bahkan ada peningkatan sekitar 4%-6%,” kata Adhi MarkPlus Conference 2021, Kamis (10/12/2020).

Meski begitu, kinerja industri mamin pada tahun depan bukannya tanpa tantangan. Adhi bilang, pertumbuhan industri mamin juga akan bergantung pada konsumsi kelas menengah dan atas. Maklumlah, berdasarkan catatan Adhi, kontribusi kedua segmen tersebut mencapai 82% dalam konsumsi mamin nasional.

Baca Juga: Pengusaha minta pemerintah waspadai ketersediaan bahan pangan

Pada kuartal II dan kuartal III lalu, konsumsi mamin kedua segmen ini masih rendah sehingga sektor mamin hanya tumbuh tipis pada saat itu. Dugaan Adhi, hal ini dikarenakan ketakutan kelas menengah dan atas untuk berbelanja di masa pandemi Covid-19.

Di sisi lain, terdapat pula tantangan daya beli pada segmen masyarakat menengah bawah bawah. Oleh karenanya, GAPMMI berharap pemerintah bisa terus konsisten merealisasikan program-program insentif untuk mengungkit daya beli masyarakat menengah bawah.

“Konsistensi pemerintah kita harapkan terus dilakukan dengan berbagai insentif. Mulai dari insentif untuk pekerja yang (penghasilannya) di bawah 5 juta, BLT tunai, kemudian insentif ke UKM-UKM,” papar Adhi.

Adhi mengakui, proyeksi pertumbuhan di tahun 2021 masih berada di bawah angka pertumbuhan tahunan mamin yang biasanya mencapai 7%-9%. Taksiran Adhi, angka pertumbuhan normal tersebut baru bisa kembali dicapai pada tahun 2022 mendatang.

Selanjutnya: Ada pandemi, industri makanan dan minuman masih tahan banting

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×