kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,70   -25,03   -2.70%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

General Electric incar tender 3.000 MW


Rabu, 23 Maret 2016 / 11:12 WIB
General Electric incar tender 3.000 MW


Reporter: Juwita Aldiani | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. General Electric (GE) Power Indonesia mengincar tender pembangkit dari PT Perusahaan Listrik Negra (PLN) sekitar 3.000 Megawatt (MW) tahun ini. Adapun GE selama ini sudah berpartisipasi menyuplai boiler untuk pembangkit dengan kapasitas 700-an megawatt (MW).

George Djohan Country Leader for GE Gas Power Systems menyatakan, GE sudah berpartisipasi dalam independent power producer (IPP) yakni bertindak sebagai penyedia teknologi untuk pembangkit di Indonesia. "Salah satu yang sudah beroperasi adalah, pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) di Gorontalo berkapasitas 100 MW," kata George, Selasa (22/03).

Agar keinginannya menguasai proyek hingga 3.000 MW, GE sedang mengikuti tender Jawa I berkapasitas 1.600 MW,  Jawa Bali III sebesar 500 MW, Pontianak dan Riau. Selain PLTG, GE juga ikut ke dalam proyek energi terbarukan yaitu panas bumi dan hydro.

George bilang investasi untuk proyek pembangkit tergantung ukuran pembangkit. "Mungkin ada satu atau dua proyek GE berinvestasi sebagai minority IPP. Berbeda kalau GE bertindak sebagai teknologi provider, kami tidak investasi," jelasnya.

Sebagai gambaran, untuk membangun satu PLTG berkapasitas 100 MW, investasinya sekitar US$ 900 juta, dengan asumsi 1 Megawatt US$ 9 - US$ 10 juta. "Tergantung kondisi lahan dan beberapa faktor lainnya," tandasnya.

Dia menyebut, GE menawarkan dua teknologi andalan untuk dipakai di pembangkit. Pertama, aeroderivatives gas turbine yaitu mesin pesawat yang dijadikan PLTG. Kedua, teknologi turbin gas 9 HA yang dan bisa menghasilkan efisiensi biaya hingga 50%.

Selain terus mengikuti tender pembangkit dan menjual teknologi pembangkit, George juga menyatakan, GE juga akan menawarkan pola swasembada pengelolaan kelistrikan dengan menggunakan teknologi captive power untuk kawasan industri Indonesia.

Captive power ini mampu mengurangi beban pembangkit tenaga listrik. Selain itu, captive power juga bisa menghemat biaya operasional hingga US$ 415 juta per tahun pada tujuh sektor manufaktur di kawasan industri.

Menurut George saat ini, Kawasan Industri Jababeka sudah menggunakan teknologi captive power ini dengan total kapasitas pembangkit sekitar 700 MW. Di samping menguntungkan pengembang kawasan industri, pola swasembada listrik juga menguntungkan pemerintah yaitu memacu pertumbuhan kekuatan daya saing industri Indonesia. Juga kepada tenant atau pabrik yang berada di kawasan industri.

"Supply listrik bisa lebih stabil dan kualitas listrik lebih bagus. Ini juga mengurangi hilangnya pendapatan akibat pemadaman listrik," terang George.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×