kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.923.000   8.000   0,42%
  • USD/IDR 16.335   -60,00   -0,37%
  • IDX 7.167   24,52   0,34%
  • KOMPAS100 1.045   4,88   0,47%
  • LQ45 815   2,85   0,35%
  • ISSI 224   0,76   0,34%
  • IDX30 426   1,90   0,45%
  • IDXHIDIV20 505   1,29   0,26%
  • IDX80 118   0,58   0,49%
  • IDXV30 120   0,61   0,51%
  • IDXQ30 139   0,24   0,17%

GP Farmasi minta pemerintah perkuat industri hulu demi kurangi ketergantungan impor


Selasa, 20 Maret 2018 / 15:23 WIB
GP Farmasi minta pemerintah perkuat industri hulu demi kurangi ketergantungan impor
Keterangan pers GP Farmasi Indonesia


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gabungan Pengusaha (GP) Farmasi Indonesia berharap pemerintah bisa menguatkan industri kimia dasar di dalam negeri. Hal ini perlu dilakukan untuk mengurangi ketergantungan industri farmasi terhadap bahan baku impor. 

Maklum, selama ini sekitar 95% dari bahan baku farmasi masih impor. Salah satu bahan baku farmasi yang masih diimpor adalah garam. 

Ketua Umum GP Farmasi Indonesia Kendrariadi Suhanda mengatakan, selama ini industri farmasi harus mengimpor garam sebagai bahan baku lantaran produsen dalam negeri tak mampu memproduksi garam yang diperlukan. 

"Kebutuhan kami sebenarnya tidak banyak, disamping itu kami minta jenis dan spesifikasi garam tertentu," terang Kendrariadi kepada Kontan.co.id, Selasa (20/3).

Selain garam, Kendrariadi bilang industri farmasi juga mengimpor beberapa bahan baku lain seperti gula, alkohol dan bahan baku lainnya.

Ia mengingatkan bahwa keperluan mengimpor garam tersebut tidak main-main karena menyangkut kualitas produksi obat yang dihasilkan.

Sekadar informasi, sampai 18 Januari 2018, ada delapan perusahaan sektor farmasi dan kosmetik yang mengajukan izin impor garam dengan total volume mencapai 3.029,5 ton.

Selain itu, lantaran bahan baku industri ini 95% masih bergantung pada impor, maka fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) menjadi pertimbangan. "Memang kami bergantung pada kurs, semoga saja harga bisa stay disini. Kalau naiknya berlangsung lama tentu tidak baik," urai Kendrariadi.

Untuk menanggulangi akibat penguatan dollar AS, biasanya perusahaan farmasi akan melakukan efisiensi di segala bidang. Terlebih lagi, kata Kendradiadi biasanya industri farmasi telah menyiapkan stok bahan baku untuk kebutuhan 2-3 bulan mendatang demi mengantisipasi kenaikan harga tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Digital Marketing for Business Growth 2025 : Menguasai AI dan Automation dalam Digital Marketing

[X]
×