Reporter: Dimas Andi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren pelemahan rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) mendapat sorotan dari Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI).
Mengutip Bloomberg, kurs rupiah ditutup di level Rp 14.993 per dollar AS pada Senin (25/7). Pada Jumat (22/7) lalu, kurs rupiah sempat menyentuh level Rp 15.014 per dollar AS.
Sekretaris Jenderal DPP Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Toto Dirgantoro menyampaikan, tren depresiasi rupiah yang terjadi akhir-akhir ini di atas kertas akan menguntungkan bagi para eksportir yang produk-produknya mengandalkan bahan baku dari dalam negeri, misalnya sektor industri furnitur dan minerba.
“Makanya kedua sektor ini sedang naik daun karena ekspornya meningkat pesat dan mampu meraih keuntungan selisih kurs yang optimal,” kata dia, Senin (25/7).
Baca Juga: Kurs Rupiah Diprediksi Sedikit Melemah Terhadap Dolar AS pada Selasa (26/7)
Lantas, eksportir yang berasal dari sektor-sektor industri tersebut kini sedang gencar melakukan ekspor dengan memanfaatkan momentum pelemahan rupiah terhadap dollar AS. Walau begitu, para pelaku usaha juga tetap memperhatikan kondisi pasar ekspor di sektornya masing-masing.
Di sisi lain, beberapa industri manufaktur dinilai tidak merasakan dampak yang signifikan atas pelemahan rupiah tersebut. Sebab, sekalipun produsen manufaktur gencar melakukan ekspor ke luar negeri, maka keuntungan yang diperoleh tidak begitu terasa apabila bahan baku produknya masih diimpor dari luar negeri.
Lebih lanjut, Toto menilai, para eksportir sebenarnya tetap akan diuntungkan ketika kurs rupiah tetap di kisaran Rp 14.000 per dollar AS. Hal ini tentu dengan catatan fundamental ekonomi nasional tetap stabil dan pergerakan rupiah tidak terlalu fluktuaktif.
“Kalau rupiah tembus Rp 15.000 per dollar, eksportir juga akan diuntungkan. Tapi kalau fundamentalnya lemah dan pergerakannya fluktuaktif, pelaku usaha akan dirugikan,” kata dia.
Dengan kata lain, stabilitas ekonomi di dalam negeri, laju pergerakan rupiah yang tidak terlalu volatil, hingga pasar ekspor yang kondusif merupakan hal yang diutamakan oleh para eksportir. Sebab, para eksportir bisa saja mengalami kesulitan melakukan ekspor saat dollar AS melonjak, apabila negara tujuan ekspornya justru terbelit krisis ekonomi.
Sementara itu, PT Mark Dynamics Indonesia Tbk (MARK) mengaku tidak terlalu terpengaruh oleh depresiasi rupiah yang terjadi belakangan ini. Meski porsi penjualan ekspor MARK mencapai 95% dari total pendapatan perusahaan, sebagian besar bahan baku produk perusahaan ini masih diimpor. Beruntung, produsen cetakan sarung tangan ini telah melakukan natural hedging.
Manajemen MARK tetap berupaya memperkuat penjualan ekspornya di tengah tren pelemahan rupiah terhadap dollar AS. “Kami juga sudah mengantisipasi efek pelemahan rupiah dengan meningkatkan stok bahan baku untuk beberapa bulan ke depan,” ungkap Presiden Direktur Mark Dynamics Indonesia, Ridwan Goh, Senin (25/7).
Baca Juga: Kurs Rupiah Jisdor Menguat ke Rp 14.992 per Dolar AS Hari Ini (25/7)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News