kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Hadapi perubahan konsumsi masyarakat, begini strategi APLI dan Boga Group


Selasa, 09 Juni 2020 / 18:42 WIB
Hadapi perubahan konsumsi masyarakat, begini strategi APLI dan Boga Group
ILUSTRASI. Sejak Maret 2020 lalu, Boga Group bertumpu pada sistem delivery 98% karena adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB).


Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi corona (Covid-19) mengubah kebiasaan konsumsi masyarakat di bidang ritel. Masyarakat cenderung beralih dari konsumsi barang sekunder ke kebutuhan primer untuk kesehatan.

Ketua Umum Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI) Kany Soemantoro menyatakan, mayoritas 60% anggotanya merasakan peningkatan penjualan suplemen dan vitamin di masa awal Covid-19 merebak di Indonesia.

"Sayang sekali, pada Mei 2020, penjualan cenderung stagnan karena permintaan tinggi, namun pasokan tersendat sehingga sulit memenuhi permintaan pelanggan," ungkap Kani Soemantoro dalam kesempatan MarkPlus Industry Roundtable Retail Industry Perspective yang berlangsung secara virtual, Selasa (9/6).

Baca Juga: Survei MarkPlus: Selama pandemi corona, belanja ritel online naik 6 kali lipat

Perubahan kebiasaan konsumen juga dirasakan oleh pendukung pusat perbelanjaan seperti restoran, salah satunya adalah Boga Group. Boga Group sendiri membawahi berbagai brand, seperti Pepper Lunch, Kintan Buffet, Master Wok, hingga Shaburi.

Direktur Boga Group Kusnadi Rahardja mengatakan, sejak Maret 2020 lalu, pihaknya bertumpu pada sistem delivery 98% karena adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

"Sejak Maret 2020, pengunjung mal turun drastis sampai akhirnya ditutup. Sekarang sekitar 98% bisnis kami delivery, sedangkan 2% dine-in karena ada kota-kota yang tidak menerapkan PSBB ketat seperti Samarinda dan Yogjakarta," kata Kusnadi \ dalam kesempatan yang sama, Selasa (9/6).

Sebagai strategi bertahan dan beradaptasi dengan perubahan konsumsi masyarakat, kini Boga Group menawarkan makanan ready to eat berbentuk frozen food.

Kusnadi sendiri memprediksi bisnis restoran Boga tidak akan seperti sebelum Covid-19. Walau konsumen rindu makan langsung di restoran, porsi delivery akan masih tetap tinggi.

"Saya prediksi 60% bisnis kami masih akan ada di dine-in pasca covid-19. Namun porsi delivery akan meningkat menjadi 40% karena sudah terbiasa ketika PSBB," imbuhnya.

Baca Juga: Ketua APPBI: Pelonggaran PSBB tidak otomatis membuat mal ramai kembali

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×