Reporter: Ratih Waseso | Editor: Yudho Winarto
Asrip, petani jahe merah Baduy dari Kampung Cisaban 1 menceritakan, sebelum menjadi petani binaan YDBA, Ia memasarkan hasil budidayanya langsung ke pasar. Sekali panen dulu Asrip hanya mencapai 3,7 kuintal dengan omzet Rp 7,9 juta.
Baca Juga: Pakai jahe, begini cara mengatasi anosmia untuk Anda
"Dulu antar sendiri ke pasar. Tapi banyak diutang dulu jual jahe. Terus ikut binaan YDBA karena kami belum cukup ilmu buat bertani, kami mau belajar mau dibimbing. Baduy itu kan harus bertani, dari kecil sudah diajari sama orang tua," cerita Asrip.
Asrip memiliki lahan jahe merah seluas 3.000 meter yang terletak di lereng-lereng gunung. Tahun ini dengan binaan YDBA Asrip mampu meningkatkan produksi hingga 2,5 ton jahe merah yang akan dipanen. "Saya mau bisa meningkatkan panen 3 atau 4 ton nantinya," harap Asrip.
Kenaikan produksi jahe merah juga dirasakan oleh Basri Sarwo Edi petani jahe merah non Baduy. Dulu Basri hanya mampu menghasilkan 40 kilogram dalam sekali panen jahe merah.
"Dulu hanya 40 kilogram itu Rp 300.000, kenapa tanam sedikit ya karena bingung mau jual kemana. Kalau sekarang sudah ada pasar yang pasti," kata Basri.
Untuk panen perdana hasil binaan YDBA ini Basri menyebut ada sekitar 2,2 ton jahe merah. Adapun luasan lahan Basri yang digunakan untuk budidaya jahe merah ialah 1.000 meter dengan sistem tanam tumpang sari. Ke depan Basri ingin meningkatkan hasil produksi dengan teknik budidaya yang didapatkan dalam pembinaan.
Baca Juga: Begini cara konsumsi wedang jahe dengan cengkeh untuk mengobati asam lambung
Berbeda dengan Asrip dan Basri yang sudah menekuni budidaya jahe merah sebelumnya, Artim atau yang akrab disapa Afif baru menekuni budidaya jahe merah saat bergabung dalam program pembinaan petani jahe merah YDBA. Sebelumnya Afif merupakan petani padi dan cabai.