kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.871.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.445   -75,00   -0,45%
  • IDX 7.107   66,36   0,94%
  • KOMPAS100 1.034   12,73   1,25%
  • LQ45 806   9,73   1,22%
  • ISSI 223   1,91   0,86%
  • IDX30 421   5,94   1,43%
  • IDXHIDIV20 502   10,81   2,20%
  • IDX80 116   1,41   1,23%
  • IDXV30 120   2,66   2,27%
  • IDXQ30 138   2,04   1,50%

Harga bahan baku tekstil terus naik


Kamis, 12 April 2012 / 07:06 WIB
Harga bahan baku tekstil terus naik
Anneke Putri Purwidyantari, pendiri dan CEO CV Ramu Padu Nusantara.


Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Djumyati P.

JAKARTA. Harga bahan baku tekstil seperti kapas dan serat sintetis mulai naik secara progresif mulai pertengahan Januari hingga saat ini mencapai 10%. Bila di awal Januari harga mencapai US$ 344,29 per bales, kini harga kapas di awal April mencapai US$ 344,49 per bales.

Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ade Sudrajat bilang kenaikan harga minyak dunia yang signifikan mempengaruhi kenaikan harga bahan baku tekstil. Sehingga hal ini menambah biaya produksi yang dilakukan oleh pelaku industri.

Dia bilang kenaikan harga minyak dunia memang mempengaruhi harga bahan baku tekstil untuk industri tekstil di dalam negeri. Pasalnya kenaikan harga minyak tersebut terkait pasokan bahan baku yang masih diimpor dari negara lain seperti Amerika Serikat. Sehingga kenaikan harga minyak dunia ini mendorong peningkatan biaya distribusi, dan akhirnya memicu kenaikan harga bahan baku tekstil.

Ade mengatakan saat ini sekitar 95% kebutuhan bahan baku industri tekstil Indonesia masih didapat dari pasokan impor dari berbagai negara lain. Impor bahan baku berupa kapas diperkirakan berkisar 600 ribu-700 ribu ton per tahun. Sementara produksi kapas nasional baru ditargetkan mencapai 33.000 ton per tahun. "Kebutuhan bahan baku impor masih tinggi," katanya.

Selain kapas, kenaikan harga bahan baku tekstil pun menimpa serat sintetis. Ade Prima Syarif, Direktur PT Apac Citra Centertex bilang harga serat sintetis mengalami kenaikan antara 5% hingga 7%. "Harga serat sintetis sudah naik bila dibandingkan dengan awal tahun," tutur Ade.

Harga serat sintetis di awal tahun berada di kisaran US$ 1,6 per kilogram. Namun kini rata-rata harga serat sintetis tercatat sebesar US$ 1,7 per kilogram. Dengan harga minyak dunia yang terus naik, bisa saja harga serat sintetis juga terus ikut terkerek.

Ade bilang, dengan kenaikan harga bahan baku tekstil secara progresif dibandingkan awal tahun ini, kenaikan biaya produksi pun tak bisa terelakkan. Di tambah lagi kenaikan upah buruh yang ikut menambah beban biaya produksi perusahaan. Pun begitu, perusahaan tidak mudah untuk menaikkan harga produk mereka.

Persaingan produk tekstil yang makin ketat baik di pasar domestik maupun ekspor menjadi alasan. Apalagi negara yang sebelumnya memiliki kinerja tekstil yang masih di bawah Indonesia macam Vietnam dan Bangladesh, kini mulai menggeliat. Tak ayal, perusahaan harus berhati-hati dalam mengambil kebijakan.

Namun bila kenaikan harga bahan baku terus melaju tak terkendali, tak tertutup kemungkinan harga produk tekstil mereka pun harus dinaikkan agar menyelamatkan kinerja keuangan perusahaan. "Bila terus mendesak, terpaksa dinaikkan harganya," tuturnya.

Hal yang sama diutarakan Direktur PT Franz Putratex, Chandra V Fong. Dia bilang kenaikan harga bahan baku tekstil sudah meningkat sebesar 10% hingga 15% dibandingkan dengan harga di awal tahun. Maka dari itu, dia bilang perusahaan akan menaikkan harga produk mereka dengan persentase kenaikan yang sama dengan kenaikan harga bahan baku.

Chandra bilang, rencana kenaikan harga produk tekstil mereka akan dilakukan pada bulan depan. Hal ini untuk menjaga cash flow perusahaan akibat naiknya biaya produksi mereka. "Terpaksa harus kami naikkan harga produknya bulan depan," kata Chandra.

Senada dengan pandangan Ade, Chandra bilang sangat sulit bagi perusahaan untuk menaikkan harga di luar desakan kenaikan harga bahan baku. Pasalnya persaingan makin ketat terutama dengan produk tekstil impor yang harganya di bawah produk lokal. Costumer bisa protes bahkan meninggalkan mereka bila Franz Putratex terlalu menaikkan harga produk mereka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×