Reporter: Yudo Widiyanto | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Kenaikan harga baja sejak awal tahun ini mulai membuat industri alat berat harus menaikkan harga jual. Kenaikan ini ditetapkan kepada konsumen atas kontrak-kontrak baru yang dibeli saat harga mengalami kenaikan.
Menurut A. Solichin, Wakil Ketua Asosiasi Industri Alat Besar Indonesia (Hinabi), industri alat berat mulai menaikkan harga jual untuk produksi awal tahun 2011. Kenaikan harga baja dunia sudah naik hingga 10%-15%. Karena itu, para produsen alat-alat berat mulai menaikan harga jual hingga 3-5% sejak pertengahan bulan lalu.
Selama ini, penjualan industri alat berat sebesar 50% dijual kepada perusahaan tambang, Selebihnya, dijual kepada industri perkebunan, dan industri manufaktur. Namun, faktor kenaikan harga jual ini tidak akan berpengaruh besar terhadap penjualan alat-alat berat.
Saat ini industri alat berat membutuhkan sekitar 80% bahan baku baja impor, sementara sekitar 20% sisanya berasal dari baja lokal yang di pasok dari Krakatau Steel.
Sementara itu, kapasitas produksi alat berat completely knock down (CKD) mencapai 6.000 unit per tahun. Sementara itu, impor alat berat maupun dalam bentuk utuh atau completely built up (CBU) bisa mencapai 2.500 unit per tahun.
Sekalipun harga tetap naik, sejumlah investor menanamkan investasi pada produksi dua tahun ke depan produksi alat berat CKD bisa meningkat jadi 8.000 unit, naik 33,3% dari 6.000 unit tahun lalu. Untuk mencapai produksi itu, produsen alat berat akan menggelontorkan investasi sebesar US$ 100 juta.
Menurut Ari Setyawan, Hubungan Investor PT United Tractors Tbk (UT), perusahaannya sudah menaikkan harga produk-produknya sejak dua bulan lalu. Sayangnya Ari enggan menyebutkan rata-rata kenaikan harga tersebut.
Namun, menurut Ari kenaikan harga ini tidak berpengaruh terhadap permintaan. UT menargetkan penjualan alat berat tahun ini bisa mencapai 6.000 unit atau naik 11,1% dari 5.400 unit di tahun lalu.
Solihin bilang, ancaman penurunan permintaan justru karena faktor tsunami Jepang. Produksi industri alat berat di Indonesia bisa turun hingga 10-15% tahun in. Sebab, pasokan bahan baku khawatir tersendat karena pabrik prinsipal rusak berat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News