Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi
Hingga pertengahan Agustus ini, BUMI mengejar produksi di angka 50 juta ton. "Porsi serupa seperti yang dipublikasikan sebelumnya, kira-kira 70% KPC, sisanya Arutmin," jelas Dileep.
Berbeda dari INDY dan BUMI, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) berencana untuk mengubah target produksinya di tahun ini. Emiten batubara plat merah itu akan melakukan penyesuaian target dengan mempertimbangkan kondisi pasar.
Baca Juga: Bisnis batubara lesu gerus permintaan amonium nitrat, Ancora (OKAS) cari pasar baru
Sayangnya, Sekretaris Perusahaan PTBA Apollonius Andwie belum membeberkan perubahan target produksi yang dimaksud. Yang jelas, katanya, penyesuaian tersebut dilakukan sebagai strategi menjaga keseimbangan pasar.
"Untuk target produksi di tahun ini akan kami lakukan penyesuaian dengan mempertimbangkan kondisi market. Ini merupakan salah satu langkah strategis untuk menjaga keseimbangan antara pasokan dan permintaan," kata Andwie saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (18/8).
Sebelumnya, emiten batubara yang sudah menyatakan memangkas produksinya adalah PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dan PT ABM Investama Tbk. (ABMM).
Corporate Secretary & Investor Realtions Division Head Mahardika Putranto mengatakan, dengan mempertimbangkan kondisi pasar yang sulit, ADRO melakukan revisi terhadap beberapa komponen panduan di 2020. Antara lain dengan menurunkan produksi batubara menjadi 52 juta ton-54 juta ton. Di awal tahun, ADRO menargetkan produksi di angka 54 juta ton-58 juta ton.
Baca Juga: Pasar tak kondusif, Adaro Energy (ADRO) pangkas target EBITDA, capex hingga produksi
Jika dibandingkan dengan realisasi tahun lalu, maka ada penurunan sekitar 10%. "Target baru untuk produksi batubara turun sekitar 10% dibandingkan tahun 2019 secara YoY, yang terutama didorong oleh penurunan produksi batubara termal," jelas Mahardika.
ABMM juga memangkas target produksi batubara. Penurunan produksi direncanakan mencapai 2,8 juta ton atau 19% dari target dalam RKAB tahun 2020 yang sebesar 15 juta ton.
Direktur ABM Investama Adrian Erlangga mengungkapkan, kondisi pasar dan harga batubara yang masih tertekan menjadi pertimbangan utama ABMM menurunkan tingkat produksinya di tahun ini. "Secara umum akan turun 19% atau 2,8 juta di bawah RKAB 2020. Ini karena harga terlalu rendah," ungkapnya kepada Kontan.co.id, Selasa (4/8).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News