Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar dan harga batubara masih dalam tekanan seiring dengan kondisi oversupply yang terjadi secara global. Sejumlah emiten batubara pun pasang strategi untuk memitigasi kondisi ini. Beberapa diantaranya memilih mengerem laju produksi.
Namun, PT Indika Energy Tbk (INDY) dan PT Bumi Resources Tbk (BUMI) belum berencana menempuh langkah tersebut. Head of Corporate Communication INDY Ricky Fernando mengatakan, pihaknya masih mengejar target yang telah disetujui pemerintah dalam Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) 2020 yang sebesar 30,95 juta ton.
Baca Juga: Perhapi: Pengurangan produksi jadi opsi seimbangkan pasar batubara dalam negeri
Rencana produksi INDY tahun ini dibagi pada kedua anak usahanya, yakni Kideco Jaya Agung sebesar 29,65 juta ton dan Multi Tambangjaya Utama (MUTU) sebanyak 1,3 juta ton. "Hingga saat ini kami mempertahankan target produksi yang telah disepakati pemerintah sebanyak 30,95 juta ton," ujar Ricky kepada Kontan.co.id, Selasa (18/8).
Sepanjang Semester I-2020, INDY telah memproduksi 17,6 juta ton batubara. "Dari Kedico sebanyak 16,9 juta ton. MUTU sebanyak 746.000 ton," sambungnya.
Tak hanya INDY, BUMI pun masih mengejar target produksi. Direktur dan Sekretaris Perusahaan Bumi Resources Dileep Srivastava mengatakan, rencana produksi batubara BUMI untuk tahun ini masih berkisar di angka 85 juta ton-90 juta ton.
Produsen batubara terbesar di Indonesia ini mengeduk emas hitam dari kedua anak usahanya, yakni PT Kaltim Prima Coal dan PT Arutmin Indonesia. "Tidak berubah pada panduan tahun 2020 dari 85 MT - 90 MT," kata Dileep.
Baca Juga: Pangkas target produksi dan capex, Adaro: Kami terus mengikuti perkembangan pasar
Dalam catatan Kontan.co.id, target produksi batubara BUMI tersebut ditopang oleh KPC sebanyak 60 juta ton - 65 juta ton, serta produksi dari Arutmin sekitar 28 juta ton - 30 juta ton.
Menurut Dileep, target tersebut sudah menghitung peningkatan rencana produksi KPC dalam RKAB. Namun, peningkatan produksi belum diterapkan pada Arutmin lantaran masih menunggu perpanjangan PKP2B dan peralihan statusnya menjadi IUPK. "Hanya KPC (peningkatan produksi), Arutmin menanti konfirmasi status IUPK," sebutnya.
Setidaknya dalam dua tahun terakhir, produksi batubara BUMI memang terus bertumbuh. Pada tahun 2019 lalu, produksi BUMI mencapai 87 juta ton atau meningkat 8,34% dibandingkan capaian pada tahun sebelumnya yang sebesar 80,3 juta ton.
KPC menopang produksi batubara BUMI dengan porsi sekitar 70%. Sementara sisanya diisi oleh Arutmin. Hingga Semester pertama 2020, realiasi produksi BUMI berada di kisaran 41 juta ton-42 juta ton.
Hingga pertengahan Agustus ini, BUMI mengejar produksi di angka 50 juta ton. "Porsi serupa seperti yang dipublikasikan sebelumnya, kira-kira 70% KPC, sisanya Arutmin," jelas Dileep.
Berbeda dari INDY dan BUMI, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) berencana untuk mengubah target produksinya di tahun ini. Emiten batubara plat merah itu akan melakukan penyesuaian target dengan mempertimbangkan kondisi pasar.
Baca Juga: Bisnis batubara lesu gerus permintaan amonium nitrat, Ancora (OKAS) cari pasar baru
Sayangnya, Sekretaris Perusahaan PTBA Apollonius Andwie belum membeberkan perubahan target produksi yang dimaksud. Yang jelas, katanya, penyesuaian tersebut dilakukan sebagai strategi menjaga keseimbangan pasar.
"Untuk target produksi di tahun ini akan kami lakukan penyesuaian dengan mempertimbangkan kondisi market. Ini merupakan salah satu langkah strategis untuk menjaga keseimbangan antara pasokan dan permintaan," kata Andwie saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (18/8).
Sebelumnya, emiten batubara yang sudah menyatakan memangkas produksinya adalah PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dan PT ABM Investama Tbk. (ABMM).
Corporate Secretary & Investor Realtions Division Head Mahardika Putranto mengatakan, dengan mempertimbangkan kondisi pasar yang sulit, ADRO melakukan revisi terhadap beberapa komponen panduan di 2020. Antara lain dengan menurunkan produksi batubara menjadi 52 juta ton-54 juta ton. Di awal tahun, ADRO menargetkan produksi di angka 54 juta ton-58 juta ton.
Baca Juga: Pasar tak kondusif, Adaro Energy (ADRO) pangkas target EBITDA, capex hingga produksi
Jika dibandingkan dengan realisasi tahun lalu, maka ada penurunan sekitar 10%. "Target baru untuk produksi batubara turun sekitar 10% dibandingkan tahun 2019 secara YoY, yang terutama didorong oleh penurunan produksi batubara termal," jelas Mahardika.
ABMM juga memangkas target produksi batubara. Penurunan produksi direncanakan mencapai 2,8 juta ton atau 19% dari target dalam RKAB tahun 2020 yang sebesar 15 juta ton.
Direktur ABM Investama Adrian Erlangga mengungkapkan, kondisi pasar dan harga batubara yang masih tertekan menjadi pertimbangan utama ABMM menurunkan tingkat produksinya di tahun ini. "Secara umum akan turun 19% atau 2,8 juta di bawah RKAB 2020. Ini karena harga terlalu rendah," ungkapnya kepada Kontan.co.id, Selasa (4/8).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News