kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.200   59,26   0,83%
  • KOMPAS100 1.105   10,12   0,92%
  • LQ45 877   10,37   1,20%
  • ISSI 221   1,09   0,50%
  • IDX30 448   5,50   1,24%
  • IDXHIDIV20 539   4,27   0,80%
  • IDX80 127   1,28   1,02%
  • IDXV30 135   0,60   0,45%
  • IDXQ30 149   1,41   0,96%

Harga Batubara Tak Terbendung, Semen Indonesia (SMGR) Cari Alternatif Bahan Baku


Jumat, 16 September 2022 / 20:09 WIB
Harga Batubara Tak Terbendung, Semen Indonesia (SMGR) Cari Alternatif Bahan Baku
ILUSTRASI. Pekerja memindahkan karung semen ke atas kapal, di dermaga Semen Padang, Teluk Bayur, Padang, Sumatera Barat, Rabu (24/11/2021). ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/aww.


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Semen Indonesia Tbk atau SIG menggunakan bahan baku alternatif untuk produksi semen. Hal tersebut lantaran harga batubara kian tak terbendung.

Direktur Keuangan dan Manajemen Resiko SIG Andriano Hosny Panangian peningkatan harga batubara dari kuartal empat sampai dengan saat ini, cukup signifikan. Kondisi ini cukup menekan permintaan semen akibat adanya peningkatan harga energi terutama batubara.

Dia menjelaskan, tantangan ini menimbulkan kontraksi pertumbuhan permintaan semen nasional sebesar 1,2% selama semester I/2022, apabila dibandingkan permintaan dalam periode yang sama tahun lalu.

“Secara struktur biaya, kebutuhan batubara menghabiskan hampir 23% ongkos produksi perusahaan semen,” kata Hosny dalam paparan publik virtual, Jumat (16/9).

Baca Juga: Transkon Jaya (TRJA) Yakin Bisa Kejar Pertumbuhan Kinerja Sebesar 10% pada Tahun Ini

Karena itu, Hosny bilang, perseroan mencoba berbagai alternatif untuk mengurangi ketergantungan batubara untuk produksi semen. Meski belum berjalan efektif, namun emiten berkode saham SMGR ini telah melakukan efisiensi produksi dengan penurunan kandungan clinker factor dan peningkatan substitusi energi panas Thermal Substitution Rate (TSR).

Efek dari kenaikan biaya energi, SMGR berusaha melepas ketergantungan batubara dengan menurunkan produksi clinker factor yang telah sukses turun sebesar 1% pada semester I/2022. Target mereka kandungan clinker factor dapat turun hingga 67% pada akhir tahun.

Sementara terkait penggunaan energi alternatif, SMGR sudah menerapkan uji coba ini pada pabrik di Cilacap yang komposisi penggunaannya sudah mencapai 15%. SMGR sendiri memiliki 8 lokasi pabrik semen terintegrasi, 7 pelabuhan, 6 pabrik penggilingan, 26 lokasi pabrik pengemasan. Serta, terdapat 306 distributor dengan jaringan 70.000 toko ritel.

“Nantinya ini kita akan replikasi di pabrik lain. Di Tonasa sudah gunakan bio massa, secara konsolidasi, TSR di pabrik kami masih di level sekitar 6%,” jelas Hosny.

Asal tahu saja, bentuk dari energi alternatif TSR ini diantaranya berupa energi bio massa yang dihasilkan dari alternative fuel seperti sekam padi ataupun cangkang. Energi juga didapatkan dari pemanfaatan sampah kota yang diolah menjadi fly ash bottom ash (faba) yaitu partikel sisa hasil pembakaran. Target SMGR akhir tahun penggunaannya dalam produksi semen diharapkan mencapai 7%-8%

Hanya saja, upaya emiten semen pelat merah tersebut belum cukup membendung kenaikan harga batubara. SMGR juga mengambil langkah penyesuaian harga untuk menjaga profitabilitas perusahaan. 

Baca Juga: Pendapatan Sido Muncul (SIDO) Turun 2,6% pada Semester I, Ini Penjelasan Manajemen

Tercatat, sudah dua kali SMGR menaikkan harga jual semen di sepanjang tahun ini yakni pada bulan April dan Juni. Dalam periode yang sama, SMGR telah menaikkan harga blended Average Selling Price (ASP) domestik dari Rp 871 ribu di semester I/2021 menjadi Rp 935 ribu pada semester I/2022. 

Kemudian, merespon kenaikan harga solar subsidi, SMGR tak menampik bahwa proses adjustment harga bakal dilakukan juga dalam waktu dekat. Sebab, perusahaan terbebani dengan ongkos angkut semen yang semakin berat.

Selain itu, kondisi ini juga mendorong Semen Indonesia untuk mengamankan ketersediaan batubara dengan harga domestic market obligation (DMO). SMGR memastikan telah mengamankan pasokan batubara hingga akhir tahun 2022.

“Kami telah berhasil amankan batubara untuk kebutuhan selama semester 1 dengan harga DMO 50%. Sampai akhir tahun bisa mengamankan harga batubara 100% dari seluruh kebutuhan,” ungkap Hosny.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×