Reporter: Muhammad Julian | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja top line dan bottom line PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) kompak mengalami pertumbuhan kinerja di sepanjang tahun 2020.
Mengutip laporan keuangan perusahaan yang dirilis pada Rabu (24/2), pendapatan bersih emiten sawit berkode saham “AALI” tersebut naik 7,76% secara tahunan atawa year-on-year (yoy) menjadi Rp 18,80 triliun di tahun 2020. Sedianya, pendapatan bersih AALI hanya mencapai Rp 17,45 triliun di tahun 2019.
Pertumbuhan pada sisi pendapatan bersih perusahaan sebenarnya didapat ketika volume penjualan minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) dan produk turunan mengalami penyusutan.
Berdasarkan laporan kinerja operasional AALI di bulan Desember 2020, volume penjualan CPO dan produk turunan CPO AALI turun 13,6% di tahun 2020. Maklumlah, realisasi produksi CPO AALI turun 13,6% menjadi 1,4 juta ton di tahun 2020 akibat kemarau jangka panjang di tahun 2019 yang dampaknya dirasakan di tahun 2020.
Baca Juga: Prospek CPO Saat B40 Ditunda, Ini Rekomendasi Saham AALI, LSIP, TBLA, dan SSMS
Meski begitu, volume penjualan yang menurun dibarengi oleh kenaikan harga komoditas CPO. Walhasil, AALI berhasil membukukan pertumbuhan pendapatan bersih.
“Harga jual rata-rata CPO AALI naik 27,8%,” ujar Senior Vice President of Corporate Communication & Public Affair AALI, Tofan Mahdi saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (24/2).
Bersamaan dengan pendapatan bersih yang naik, AALI juga mencatatkan kenaikan pada sejumlah pos beban. Beban pokok pendapatan misalnya, tercatat naik 3,50% yoy dari semula Rp 15,30 triliun di tahun 2019 menjadi Rp 15,84 triliun di tahun 2020.
Selanjutnya, kenaikan pengeluaran juga dijumpai pada misalnya pos biaya pendanaan yang naik 19,40% yoy menjadi Rp 418,29 miliar di tahun 2020. Sebelumnya, pos biaya pendanaan AALI hanya mencapai Rp 350,33 miliar di tahun 2019.
Meski begitu, AALI juga berhasil menekan pengeluaran pada pos beban umum dan administrasi serta beban penjualan. Tercatat, beban umum dan administrasi turun 2,67% yoy dari semula Rp 723,35 miliar di tahun 2019 menjadi Rp 704,00 miliar pada tahun 2020. Sementara itu, beban penjualan AALI menyusut 9,57% yoy dari Rp 460,83 miliar di tahun 2019 menjadi Rp 416,72 miliar 2020,
Baca Juga: Belanja modal Astra Agro (AALI) sekitar Rp 1 triliun, ini penggunaannya
Di sisi lain, AALI juga mengantongi keuntungan selisih kurs bersih sebesar Rp 33,05 miliar di tahun 2020. Sebelumnya, AALI membukukan kerugian selisih kurs Rp 34,65 miliar pada tahun 2019 lalu. Selain itu, penghasilan bunga AALI juga naik 68,80% yoy dari semula Rp 30,21 miliar di tahun 2019 menjadi Rp 51 miliar di tahun 2020.
Setelah pendapatan AALI dikurangi pengeluaran pada berbagai pos beban, AALI berhasil mengempit laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik perusahaan alias laba bersih sebesar Rp 833,09 miliar di tahun 2020. Angka tersebut melesat 294,61% dibanding laba bersih AALI di tahun 2019 yang mencapai Rp 211,11 miliar.
Sejauh ini, Tofan mengaku belum bisa membeberkan bagaimana proyeksi kinerja AALI di tahun 2021. Ia beralasan, AALI sebagai pelaku usaha tidak bisa menerka bagaimana tren perkembangan harga CPO ke depan. Meski begitu, AALI siap menyongsong tahun 2021 dengan langkah-langkah bisnisnya.
“Kami siap pada harga berapapun, tetapi kami berharap harga CPO akan berada pada level yang kondusif dan mendukung profitabilitas dan pertumbuhan usaha,” ujar Tofan kepada Kontan.co.id.
Baca Juga: Tingkatkan produktivitas, ini yang dilakukan Astra Agro Lestari (AALI)
Tahun ini, AALI mengincar pertumbuhan produksi kurang lebih 5% dari hasil kebun inti. AALI tidak mengungkap proyeksi pertumbuhan produksi untuk kebun non inti.
Untuk menunjang kegiatan usaha, AALI berencana menganggarkan belanja modal atawa capital expenditure (capex) sekitar Rp 1 triliun pada tahun 2021. Sekitar Rp 700 miliar dari dana capex yang dianggarkan rencananya dipergunakan untuk perawatan tanaman yang belum menghasilkan dan program replanting yang setiap tahunnya dicanangkan seluas 5.000 hektare hingga 6.000 hektar (ha).
Sementara itu, sisanya akan dialokasikan untuk perawatan rutin aset tetap seperti jembatan, perumahan karyawan, jalan dan perawatan di pabrik. Besaran dana capex bisa mengalami perubahan seperti misalnya naik menjadi Rp 1,5 triliun, bergantung pada kondisi bisnis yang ada.
Selanjutnya: Astra Agro (AALI) fokuskan belanja modal untuk perawatan tanaman dan replanting
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News