kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Harga gandum turun, harga terigu tak ikut menyusut


Jumat, 15 Februari 2013 / 08:43 WIB
Harga gandum turun, harga terigu tak ikut menyusut
ILUSTRASI. Cara mudah membuat Google Form dari HP dan komputer, mahasiswa & pekerja wajib tahu.


Reporter: Handoyo | Editor: Sandy Baskoro

JAKARTA. Tren penurunan harga gandum di pasar internasional sejak awal tahun ini tak berefek ke harga terigu di dalam negeri. Saat ini, harga
terigu dalam negeri berada di kisaran Rp 135.000 hingga Rp 145.000 per karung (setara 25 kilogram).

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Industri Pangan Indonesia (Aspipin), Budiyanto, mengemukakan fluktuasi harga gandum di luar negeri tidak
secara otomatis membuat harga terigu di pasar domestik ikut terkoreksi. "Setiap perusahaan terigu memiliki stok yang cukup untuk beberapa waktu ke depan, sehingga tidak akan berpengaruh dalam waktu singkat," ungkap Budiyanto kepada KONTAN, Kamis (14/2).

Mengutip data Bloomberg, harga gandum di Chicago Board of Trade (CBOT) untuk pengiriman bulan Maret 2013 berada di kisaran US$ 7,3 per bushel (satu bushel gandum setara 27,2 kilogram), atau mengalami penurunan 8,75 dibandingkan akhir tahun lalu yang masih berada di kisaran US$ 8 per bushel.

Penurunan harga gandum di pasar internasional tidak terlepas dari kondisi cuaca kering yang melanda wilayah Amerika Serikat, Rusia, Argentina, Australia dan beberapa negara produsen jagung dan kedelai.

Aspipin mencatat, kebutuhan terigu dalam negeri mencapai 6 juta ton setiap tahun. Dari jumlah tersebut, sebanyak 15% pada tahun lalu
merupakan tepung terigu impor, sedangkan selebihnya berasal dari produksi dalam negeri.

Sejak pemerintah memberlakukan bea masuk tindakan pengamanan sementara (BMTPS) untuk tepung terigu sebesar 20%, yang berlaku pada 5 Desember 2012 tersebut, praktis impor tepung terigu sangat sedikit masuk pasar Indonesia.

Akibatnya, harga terigu lokal masih berpotensi menanjak. "Sebenarnya impor tepung terigu tersebut sebagai penyeimbang harga internasional,"
ungkap Budiyanto.

Ratna Sari Loppies, Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Tepung terigu Indonesia (Aptindo) mengatakan, harga terigu di pasar dalam negeri tidak
akan terlalu berpengaruh banyak bila gejolak harga internasional berlangsung dalam waktu singkat.

Namun demikian, berdasarkan pengalaman para anggota Aptindo selama ini, harga terigu dalam negeri masih berpotensi menyusut apabila harga
internasional mengalami penurunan dalam jangka waktu yang cukup panjang. Lagi pula, setiap perusahaan pengolahan terigu memiliki stok yang dapat dimanfaatkan untuk beberapa bulan ke depan sehingga harga terigu menjadi relatif stabil.

"Pada saat lebaran saja, harga terigu di dalam negeri tidak ada kenaikan," ungkap Ratna tanpa merinci lebih jauh. Data Aptindo memperlihatkan, setiap tahun Indonesia rata-rata mengimpor gandum sebanyak 4 juta ton dan tepung terigu sebanyak 500.000 ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×