kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga gas dan pemilu hambat pertumbuhan penjualan kaca lembaran dan pengaman


Rabu, 13 November 2019 / 21:46 WIB
Harga gas dan pemilu hambat pertumbuhan penjualan kaca lembaran dan pengaman
ILUSTRASI. Peserta pameran menunjukkan cara kerja mesin pewarna kaca yang dipamerkan pada 'Glasstech Asia 2019' di Indonesia Convention Exhibition (ICE), Serpong, Tangerang, Banten, Selasa (12/11/2019). Pameran yang diikuti 124 pelaku usaha se Asia ini menghadirkan


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penjualan kaca lembaran dan pengaman tampaknya masih bening di tahun 2019. Berdasarkan proyeksi Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP), penjualan kaca lembaran dan pengaman diproyeksikan masih bisa bertumbuh sebesar 5% dibanding tahun lalu hingga tutup tahun nanti.

“Di akhir tahun biasanya proyek-proyek dan perumahan mau menyelesaikan proyek-proyek,” ujar Ketua AKLP, Yustinus Gunawan kepada Kontan.co.id, Rabu (13/11).

Maklum saja, industri properti memang masih menjadi yang memiliki kontribusi dalam menyerap produk kaca lembaran dan pengaman, yakni sebesar 75%. Sisanya, produk kaca lembaran dan pengaman diserap oleh sektor otomotif.

Baca Juga: Pameran industri kaca se-Asia di gelar di ICE BSD

Kendati demikian, industri kaca lembaran dan pengaman bukan berarti tidak memiliki tantangan. Menurut Yustinus, harga gas industri yang dinilai tinggi masih menjadi kendala bagi pelaku industri kaca lembaran dan pengaman.

Untuk wilayah Jawa Barat saja misalnya, Yustinus mencatat bahwa harga gas bisa mencapai US$ 9/mmbtu. Padahal, di negara-negara ASEAN lainnya harga gas industri hanya berkisar di antara US$ 6,5/mmbtu - US$ 7/mmbtu. Padahal, porsi biaya energi sendiri bisa mencapai 40% dalam biaya produksi industr kaca lembaran dan pengaman.

Senada, Corporate Secretary PT Mulia Industrindo Tbk (MLIA), Henry Bun mengatakan, persoalan harga gas yang terlalu tinggi berdampak pada pelemahan daya saing perseroan lantaran membuat harga jual menjadi relatif lebih mahal dibanding negara kompetitor.

Baca Juga: Harga Saham PGAS Amblas, Terseret Kebijakan Harga Gas

Terlebih lagi, kondisi ini diperparah dengan adanya fenomena perlambatan ekonomi global yang menyebabkan harga kaca lembaran menjadi terkoreksi di level regional. Hal ini membuat produk impor kaca lembaran yang masuk ke Indonesia menjadi semakin murah.

Padahal saat ini pasar kaca lembaran dalam negeri tengah menghadapi ancaman serbuan impor akibat turunnya serapan kaca lembaran di China terhadap pasokan kaca lembaran regional.

Akibatnya, kinerja penjualan MLIA merosot 37,02% secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp 2,88 triliun di sembilan bulan pertama tahun ini. Hal ini juga diikuti oleh penurunan laba periode berjalan sekitar Rp 142,78 miliar secara yoy di periode yang sama. Maklum saja, sekitar 65% penjualan MLIA memang menyasar pasar domestik.

Meski demikian, MLIA optimistis mampu mencapai target penjualan sebesar Rp 4,1 triliun hingga tutup tahun nanti. Caranya, MLIA akan menggenjot volume penjualan kaca lembaran sembari melakukan strategi pricing dengan memberikan potongan harga sekitar 4%-5%, baik yang dijual secara ekspor maupun di tingkat domestik.

Baca Juga: Kemendag: Aturan safeguard sudah sampai di Kemenkeu

“Kalau kami tidak memberikan diskon artinya pangsa pasar kami bisa diambil sama kaca impor,” kata Henry kepada Kontan.co.id.

Bersamaan dengan hal ini, MLIA juga akan menggenjot volume penjualan lini produk kaca lain, yakni kaca botol dan gelas dengan memanfaatkan momentum Natal dan Tahun Baru. Sementara itu, target laba bersih perseroan hanya dipatok di angka Rp 100 miliar lantaran adanya strategi pemberian diskon tersebut.

Lain halnya dengan MLIA dan AKLP, produsen kaca lembaran berjenis specialty gas, PT Himalaya Abadi misalnya, produsen kaca lembaran berjenis specialty gas menilai momentum tahun politik sebagai tantangan utama bagi penjualan kaca lembaran di tahun 2019.

“Di semester I kami agak mengalami kendala karena pembangunan di Indonesia sempat sedikit terhambat waktu pemilu,” tutur General Manager PT Himalaya Abadi, Wilson Tan kepada Kontan.co.id.

Baca Juga: Industri Kaca: Harga gas baru akan diterapkan

Sejalan dengan pandangan tersebut, PT Bintang Mas Glassoluitons memproyeksikan kinerja penjualan tahun ini tidak akan mengalami pertumbuhan seiring dengan adanya momentum pemilihan umum di semester I 2019.

“Prediksi kami penjualan tidak akan jauh berbeda dengan tahun lalu,” jelas Direktur PT Bintang Mas Glassoluitons, Albert Hari Soejono kepada Kontan.co.id.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×