Reporter: Shobihatunnisa Akmalia | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga kakao naik. Berdasarkan data dari Trading Economics, harga kakao sudah berada di level US$ 4.238 per ton pada Jumat (15/12).
Menurut Ketua Asosiasi Petani Kakao Indonesia (APKAI), Arief Zamroni, naiknya harga kakao merupakan ritual tahunan, yakni melambungnya harga pada bulan-bulan Oktober, November, dan Desember.
"Ini (naiknya harga kakao) ritual tahunan, sebenarnya. Pokoknya bulan-bulan Oktober, November, Desember itu pasti tinggi. Karena setelah Desember pabrik-pabrik tutup. Mulai buka Februari" ungkap Arief kepada Kontan, Jumat (15/12).
Baca Juga: Harga Kakao Global Melesat, Begini Dampaknya Bagi Industri Pengolahan
Naiknya harga kakao juga karena ada demand yang tinggi pada industri ini. Oleh karena itu, Arief mengatakan ekspor pada produksi kakao masih kecil, karena masih memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri.
"Ada ekspor, tapi itu hanya kebutuhan khusus saja. Jadi, secara nasional ekspor cuma bisa di angka 100 ribu-180 ribu ton," ucap Arief.
Lemahnya ekspor kakao juga dinilai karena kebutuhan industri kakao dalam negeri belum tercukupi. Para petani menjual hasil kakao mereka pada perusahaan-perusahaan multinasional yang berada di Indonesia. Oleh karena itu, Indonesia menjadi salah satu negara pengimpor kakao terbesar di dunia.
Baca Juga: Punya Pasar Besar, Kemenperin Dorong Penguatan Industri Pengolahan Kakao
Walaupun masih lemah, ekspor menjadi penting karena untuk balancing harga di dalam negeri. Balancing ini dilakukan untuk mencegah monopoli.
"Apabila ekspor itu nol, zero, harga harga bisa dimainkan di dalam negeri dengan harga yang tidak kompetitif, gitu. Petani lagi yang akan jadi korban" tutur Arief.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News