kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.515.000   10.000   0,66%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Harga Kakao Tembus Rekor Tertinggi, Bagaimana Nasib Industri Mamin?


Jumat, 20 Desember 2024 / 18:03 WIB
Harga Kakao Tembus Rekor Tertinggi, Bagaimana Nasib Industri Mamin?
ILUSTRASI. Harga kakao internasional baru saja mencatatkan rekor tertinggi. Hal ini memberikan dampak bagi industri mamin.


Reporter: Leni Wandira | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga kakao internasional baru saja mencatatkan rekor tertinggi. Pada Kamis, 19 Desember 2024, harga kakao berjangka melonjak lebih dari USD 12.000 per ton di New York, AS, mencapai USD 12.636 per ton. Lonjakan harga ini dipicu oleh penurunan produksi kakao di beberapa negara penghasil utama, terutama di Pantai Gading, yang merupakan produsen utama kakao dunia.

Dampaknya terhadap industri makanan dan minuman (mamin) tentu menjadi perhatian, mengingat kakao adalah bahan baku utama dalam berbagai produk, termasuk cokelat dan olahan makanan lainnya. Namun, bagi sejumlah pemain besar seperti Mayora Indah (MYOR) dan Campina ice cream (CAMP), dampaknya relatif terkendali.

Manajemen Mayora Indah (MYOR) menegaskan bahwa perusahaan tidak mengalami kesulitan dalam memperoleh bahan baku meski harga kakao melonjak.

"Kami mengikuti harga pasar, dan meskipun ada volatilitas harga, kami juga memiliki kontrak jangka panjang dengan pemasok," ujar perwakilan dari MYOR kepada KONTAN, Jumat (20/12).

Baca Juga: Laba Produsen Es Krim Campina (CAMP) Meleleh 47% di Kuartal III 2024, Ini Penyebabnya

Perusahaan menambahkan bahwa harga komoditas yang tercatat di pasar berjangka atau future contract sering kali berbeda dengan harga yang dibayar kepada petani, sehingga fluktuasi harga tersebut tidak selalu berimbas langsung pada biaya produksi mereka.

Sementara itu, Samudera Prawirawidjaja, Direktur Utama Campina, menyatakan bahwa meskipun ada dampak dari kenaikan harga kakao, perusahaan tidak merasakan dampak yang terlalu besar.

"Kami berkolaborasi dengan supplier dan mencari formulasi yang memungkinkan kami menyesuaikan harga agar kenaikan tidak terlalu signifikan," jelas Samudera kepada Kontan. Pendekatan ini memungkinkan Campina untuk menjaga stabilitas biaya tanpa membebani konsumen dengan harga yang terlalu tinggi.

Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa ekspor kakao Indonesia mengalami lonjakan yang signifikan sepanjang tahun 2024. Nilai ekspor kakao dan olahannya hingga November 2024 tercatat mencapai USD 2,31 miliar, melonjak 110,93% dibandingkan tahun sebelumnya. 

Meskipun volume ekspor hanya meningkat sedikit (0,34%), harga komoditas yang terus meroket turut berkontribusi pada kenaikan nilai ekspor tersebut. Kenaikan harga ini disebabkan oleh turunnya produksi kakao di beberapa negara penghasil utama, seperti Pantai Gading dan Ghana, yang mendorong pasar internasional semakin bergantung pada pasokan dari Indonesia.

Baca Juga: Menakar Dampak Aturan Kemasan Rokok Bagi Petani Tembakau

Selanjutnya: HUT Ke-6, Pertamina Hulu Rokan Siap Sambut Tantangan Masa Depan

Menarik Dibaca: Sambut Nataru, Tiket Direct Train Sudah Bisa Dipesan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×