Sumber: Antara | Editor: Yudho Winarto
MUARA TEWEH. Harga karet di pedalaman Kabupaten Barito Utara Kalimantan Tengah pada awal Januari 2016 kembali turun menjadi Rp 5.000 per kilogram setelah sebelumnya naik di harga Rp 6.000/kg.
"Turunnya harga karet ini sudah terjadi dalam sepekan terakhir," kata Irwansyah, salah seorang petani karet di Kelurahan Jambu, Kecamatan Teweh Baru, Senin (4/1).
Menurut Irwansyah, turunnya harga karet tersebut membuat petani di kabupaten pedalaman Sungai Barito itu kembali terpukul setelah musim kemarau lalu getahnya berkurang, ditambah lagi dengan turunnya harga.
Anjloknya harga karet itu diduga akibat permainan para tengkulak yang menguasai penjualan karet di daerah tersebut dengan menyesuaikan harga pasar di Banjarmasin, Kalimantan Selatan (Kalsel).
"Masalahnya para petani daerah ini masih dominan tergantung kepada para tengkulak karena tidak ada pabrik karet, padahal hasil panen karet petani cukup banyak," katanya.
Irwansyah mengatakan, turunnya harga karet itu sesuai dengan pengakuan para spekulan karena pihak pabrik di Banjarmasin juga menurunkan harga produk kebun yang dihasilkan rakyat.
"Kami berharap harga karet kembali membaik guna membantu petani, apalagi saat ini harga barang kebutuhan sehari-hari mengalami kenaikan," katanya yang didukung para petani lainnya.
Karet merupakan salah satu komoditas unggulan masyarakat di pedalaman Kalteng. Sebagian besar warga daerah itu berprofesi sebagai petani karet, baik yang mengunakan bibit lokal maupun unggul.
Luas perkebunan karet rakyat di kabupaten yang terkenal dengan potensi sumber daya alam batu bara itu tercatat 35.646 hektare, dengan produksi karet kering mencapai 18.696 ton per tahun.
Semua perkebunan karet rakyat itu tersebar di sembilan kecamatan di wilayah tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News