kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.884.000   -21.000   -1,10%
  • USD/IDR 16.620   -10,00   -0,06%
  • IDX 6.833   5,05   0,07%
  • KOMPAS100 987   -1,19   -0,12%
  • LQ45 765   1,61   0,21%
  • ISSI 218   -0,33   -0,15%
  • IDX30 397   1,17   0,30%
  • IDXHIDIV20 467   0,48   0,10%
  • IDX80 112   0,13   0,12%
  • IDXV30 114   0,08   0,07%
  • IDXQ30 129   0,38   0,29%

Harga karet kembali turun, Gapkindo: Perlu solusi jangka panjang


Minggu, 08 Desember 2019 / 16:47 WIB
Harga karet kembali turun, Gapkindo: Perlu solusi jangka panjang
ILUSTRASI. Petani menderes atau melukai batang karet untuk memperoleh getah karet di Desa Adimulyo Kecamatan Pancajaya SP8 Kabupaten Mesuji, Lampung, Kamis (25/8). Petani karet mengharapkan harga komoditas getah karet di Mesuji Lampung yang hanya mencapai Rp5.500 pe


Reporter: Abdul Basith | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) meminta solusi jangka panjang untuk menjaga harga karet.

Hal itu dilakukan dengan langkah jangka pendek yang mendorong harga karet. Sebelumnya langkah jangka pendek telah dilakukan melalui skema pembatasan ekspor (AETS) 240.000 ton pada pertengahan tahun 2019 lalu.

Baca Juga: Efektif dorong harga, AETS jadi opsi untuk menjaga harga karet ke depan

"Kebijakan jangka pendek perlu dipadu dengan kebijakan jangka panjang," ujar Ketua Gapkindo Moenardji Soedargo saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (8/12).

Moenardji bilang AETS sebelumnya efektif dilakukan mendorong harga. Sejak dilakukan, harga karet berhasil naik hingga mencapai angka Rp 20.000 per kilogram (kg). "Memang AETS itu solusi short term untuk mengoreksi pasar," terang Moenardji.

Baca Juga: Jaga harga karet, Indonesia gandeng negara produsen karet lain

Meski begitu terdapat kondisi lain yang menyebabkan harga kembali jatuh pada semester kedua tahun 2019. Turunnya kembali harga disebabkan faktor lain dalam perdagangan global.

Beberapa solusi bisa dilakukan untuk mendongkrak harga karet alam. Salah satunya meningkatkan serapan dalam negeri tetapi Moenardji belum mau memberikan komentar terkait rencana penggunaan karet sebagai campuran aspal untuk menambah permintaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×