Reporter: Handoyo | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Harga karet yang belum membaik dan terus menyusut membuat perusahaan produsen pengolahan karet remah atau crumb rubber tidak sesumbar menargetkan produksi tinggi pada tahun depan. Kirana Megatara contohnya, tahun depan hanya memproyeksi utilisasi produksi sekitar 500.000 ton-520.000 ton atau relatif sama dengan tahun ini bila harga karet dunia tidak kunjung melar.
Direktur Kirana Megatara Grup Johanes Candra mengatakan, dengan kondisi tersebut target optimalisasi kapasitas terpasang pabrik yang mencapai 1 juta ton dalam lima tahun menjadi sulit terealisasi. "Pinginnya (produksi 1 juta ton) dapat dicapai dalam lima tahun ke depan," kata Johanes, belum lama ini.
Jumlah pabrik pengolahan karet remah yang dimiliki Kirana Megatara mencapai 15 unit. Pabrik remah karet milik Kirana Megatara tersebar di sejumlah wilayah di Sumatera dan Kalimantan, yakni Jambi, Lampung, Sekayu, P. Sidempuan, Bangka, Sintang dan Pontianak.
Keseluruhan karet remah produksi Kirana Megatara ditujukan ke pasar ekspor. Setidaknya, ada 10 pabrik pengolahan ban internasional yang telah menjadi langganan dari crumb rubber produksi Kirana Megatara. Beberapa pabrik pengolahan pabrik ban tersebut antara lain Bridgestone, Michelin dan Goodyear.
Mayoritas bahan baku karet yang diolah Kirana Megatara berasal dari petani rakyat. Tak heran, bila anjloknya harga karet saat ini yang mencapaui US$ 1,5 per kilogram (kg)-US$ 1,6 per kg membuat pasokan bahan baku ke Kirana Megatara seret. Hal tersebut lantara, para petani karet enggan menyadap dan lebih memilik bekerja ke tempat lain seperti buruh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News