kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45913,59   -9,90   -1.07%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga lelang gula petani mulai meresahkan


Selasa, 12 Oktober 2010 / 18:38 WIB
Harga lelang gula petani mulai meresahkan
ILUSTRASI. Pelayanan nasabah Bank BTPN


Reporter: Herlina KD, Asnil Bambani Amri |

JAKARTA. Rencana impor gula kristal putih (GKP) sebanyak 450.000 ton pada awal Januari 2011 mendatang tidak membuat harga gula lokal goyah. Bahkan, harga dalam lelang gula petani yang dilaksanakan sejumlah PT Perkebunan Nusantara (PTPN) justru terus merangkak naik.

Direktur Perencanaan dan Pengembangan PTPN XI Soejitno mengatakan, tingginya harga pada lelang gula di tingkat petani disebabkan penurunan produksi gula secara nasional. Dia menjelaskan, tingginya curah hujan membuat tingkat rendemen (kandungan gula) pada tanaman tebu menyusut drastis. Saat ini, rendemen tebu merosot hingga 1,5% dari kondisi normal yakni 8,5%. Itu berarti, rendemen tebu sekarang tinggal berkisar 7%.

Alhasil, produksi gula nasional pun merosot menjadi 2,3 juta ton. Ini jauh di bawah target semula sebanyak 2,7 juta ton. Akibatnya, harga lelang gula di tingkat petani rata-rata 9.200 per kilogram (kg). Padahal, harga patokan petani (HPP) untuk gula yang ditetapkan Kementerian Perdagangan hanya Rp 6.350 per kg. Itu artinya, harga lelang gula petani kini sudah 44,9% di atas HPP yang ditetapkan Mei 2010 lalu.

Tingginya harga dalam lelang gula di tingkat petani akan berbuntut pada tingginya harga gula pada level konsumen. Sebab, harga di tingkat petani akan sangat menentukan harga jual gula di konsumen. Harga di konsumen saat ini berkisar Rp 11.000 hingga Rp 12.000 pr kg.

Di tempat terpisah, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Subagyo juga mengaku khawatir, tidak stabilnya cuaca dan tingginya curah hujan akan menganggu produksi gula putih untuk gula konsumsi. “Saya baru saja mendapatkan telepon dari petani, katanya ada masalah dengan produksi,” kata Subagyo usai mengikuti rapat kerja dengan Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat.

Dikhawatirkan, papar Subagyo, dampak penurunan produksi akan mempengaruhi harga jual gula di pasar. Saat ini, harga rata-rata gula secara nasional yang tercatat di Kementerian Perdagangan mencapai Rp 10.500 per kg.

Subagyo mengaku heran dengan tren kenaikan harga gula tersebut. Soalnya, sebenarnya setelah Lebaran konsumsi gula oleh masyarakat dan industri makanan sudah kembali stabil. Ini berbeda dengan kondisi sebelum Lebaran di mana ada peningkatan permintaan terutama dari sektor industri makanan dan minuman. Di saat yang sama, proses penggilingan tebu di pabrik gula juga belum usai, sehingga semestinya harga terkoreksi. “Ini harga malah bergerak naik,” ujarnya.

Rencana pemerintah untuk impor gula, sejauh ini juga sama sekali tidak berdampak.Padahal, biasanya impor membuat harga gula lokal turun.

Bisa jadi, hal ini karena harga gula internasional terus naik.Merujuk Bloomberg, harga kontrak gula untuk pengiriman Desember di Bursa Komoditas London hingga pukul 12.24 WIB, kemarin (11/10), sudah mencapai US$693.90 per ton. Ini adalah harga tertinggi gula selama lebih dari tujuh bulan terakhir.

Lonjakan harga gula dunia terjadi seiring kekhawatiran akan anjloknya pasokan dari Brasil akibat gangguan cuaca. Negeri Samba ini adalah produsen gula terbesar dunia. Cuaca ekstrim diperkirakan mengganggu pasokan gula dari Brazil hingga 3,2% dari target semula. Selain pasokan, gangguan cuaca juga merusak tanaman tebu yang semestinya segera digiling untuk menghasilkan gula.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×