Reporter: Hendra Gunawan | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Pemerintah dipastikan bakal mengimpor listrik hingga 200 megawatt (MW) dari Malaysia pada 2014. Rencananya, pasokan listrik seharga Rp 900 per kwh tersebut akan digunakan untuk wilayah Kalimantan Barat.
Jarman, Dirjen Kelistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan impor listrik dari Malaysia untuk menurunkan biaya produksi dan memperkuat infrastruktur listrik.
"Ada tawaran dari Malaysia, yaitu listrik dengan harga sekitar Rp 900 per kwh yang bersumber dari PLTA dia," ujar Jarman, kemarin (19/11).
Jarman menjelaskan, dengan impor tersebut, pembangkit listrik yang menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM) bisa tergantikan. Dalam hitungannya, dibandingkan menggunakan solar yang juga impor per kwh hampir Rp 3.500.
"Dua-duanya impor, tetapi dengan cara seperti ini kita bisa menekan biaya sambil kita perkuat pembangkit,” jelas Jarman.
Untuk tahap awal, PLN akan mengimpor listrik sebesar 50 MW dari Malaysia dan selanjutnya dapat ditingkatkan hingga mencapai 200 MW.
Pada saat ini sedang menyiapkan transmisi penghubung kelistrikannya yang ditargetkan rampung akhir 2014 atau awal 2015. Transmisi 275 kV itu sepanjang 122 kilometer dari Bengkayang, Kalimantan Barat hingga Mambong, Serawak. Sepanjang 86 kilometer akan berada di Kalimantan Barat dan sisanya 36 kilometer di Serawak.
Dengan cara seperti ini, pembangkit-pembangkit listrik yang saat ini menggunakan BBM dapat diganti dan kira-kira tiga tahun lagi, akan ada pembangkit batubara yang mulai beroperasi yang tentunya akan memperkuat sistem kelistrikan di Kalimantan Barat.
Selain melakukan impor listrik, Pemerintah Indonesia melalui PT PLN berencana akan mengekspor listrik ke Malaysia sebesar 1.000 MW dari pembangkit mulut tambang 2x1.000 MW di Provinsi Riau yang diharapkan beroperasi pada 2018-2019. (Tribunnews.com)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News