Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga logam industri terus bergerak menguat. Sanksi baru dari Amerika Serikat (AS) dan Inggris terhadap Rusia hingga kekhawatiran pasokan menjadi pendorongnya.
Berdasarkan data Trading Economics pada Senin (15/4), harga tembaga di US$ 4,32 per pound atau menguat 2,66% dalam 24 jam terakhir. Aluminium menguat 3,01% dalam 24 jam terakhir ke US$ 2.569 per ton, timah naik 2,10% ke US$ 32.353 per ton, dan nikel 1,58% ke US$ 18.079 per ton.
Periode sepekan dan sebulan terakhir, harga-harga logam industri tersebut terpantau kuat. Tembaga menguat 1,21% & 5,04%, aluminium naik 4,45% & 4,45%, timah 12,36% & 15,28%, dan nikel 1,25% & 2,16%.
Baca Juga: Industri Pertambangan Terdampak Pelemahan Rupiah Terhadap Dolar AS
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuabi mengatakan, sentimen terbaru datang dari sanksi AS dan Inggris terhadap produk logam industri produksi Rusia. Sebab, hasil ekspor dari Rusia dianggap akan digunakan untuk membuat persenjataan.
Ia menyebut, Rusia merupakan sekutu dari negara yang notabene agresif dalam pembuatan senjata. "Iran, India, China, dan Korea Utara merupakan importir terbesar dari Rusia," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (15/4).
Pengamat Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong melanjutkan, penguatan harga logam industri juga didukung dari katalis masing-masing logam. Ia mencontohkan, tembaga didukung kekhawatiran supply constrain jangka panjang dan timah didorong oleh kekhawatiran suplai dari Indonesia.
"Terlebih data manufaktur AS dan China mencatatkan hasil yang kuat," sambungnya.
Meskipun memang, ada kekhawatiran dari merosotnya neraca perdagangan di China. Sebagai informasi, pada Maret 2024, surplus neraca dagang China turun ke US$ 58,55 miliar dari US$ 78,43 miliar secara tahunan (YoY).
Baca Juga: Konflik Iran-Israel Menghangat, Simak Saham-Saham Sektor Energi Jagoan Analis
"Kekhawatiran pasti ada, tetapi investor juga menimbang faktor data manufaktur yang lebih kuat," paparnya.
Adapun PMI manufaktur China periode Maret 2024 mengalami kenaikan menjadi 50,8. Pada Februari 2024, Negeri Tirai Bambu itu mencetak di level 49,1.
Dengan begitu, Lukman memperkirakan harga logam industri masih akan bullish hingga akhir tahun. Adapun target harga tembaga di US$ 10.500 - US$ 11.000 per ton. Lalu aluminium di US$ 3.000 per ton, timah US$ 35.000 - US$ 38.000 per ton, dan nikel US$ 20.000 per ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News