Reporter: Azis Husaini, Juwita Aldiani | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Pasar timah tahun depan diproyeksi masih akan lesu. Itu pula yang membuat PT Timah Tbk (TINS hanya memasang target konservatif untuk ekspornya yakni hanya 20.000 ton. Target ini sama dengan tahun 2015 ini.
Proyeksi ekspor yang stagnan lantaran pasar ekspor dan harga timah sedang lesu. Sekretaris Perusahaan PT Timah Tbk Agung Nugroho Senin (14/12) mengatakan, selain memasang target ekspor konservatif, PT Timah berharap harga jual di pasar ekspor bisa lebih baik dibandingkan dengan tahun ini.
Harga timah saat ini yang ada di bawah US$ 15.000 per ton membuat pasar PT Timah kurang bergairah. Karena itu, menurut Agung, jika harga jual timah di pasar ekspor masih memble tak menutup kemungkinan perusahaan ini akan menampung hasil produksi, ketimbang ekspor.
Sembari menunggu harga timah pulih, perusahaan ini juga berupaya melakukan transformasi bisnis dengan tidak hanya mengandalkan bisnis komoditas tambang.
Misalnya, perusahaan ini juga menjajal bisnis batubara, ataupun mengembangkan bisnis nikel. Di sisi lain, mereka juga akan terus melakukan efisiensi internal perusahaan.
Manajemen PT Timah juga akan fokus menggarap bisnis pengolahan timah menjadi bahan jadi. Misalnya memproduksi logam timah yang mereka jual untuk bahan baku produksi timah solder dan timah untuk industri kimia.
Di luar rencana bisnis ini, Agung mengatakan, PT Timah belum ada rencana untuk melakukan ekspansi tambang timah di luar Bangka Belitung. Sebagai gambaran, sat ini luas seluruh Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang dimiliki oleh PT Timah Tbk di darat 331,580 hektare (ha), sedangkan luas IUP di laut bisa mencapai 184,400 ha.
Hingga tahun depan PT Timah Tbk masih fokus melakukan eksplorasi di lokasi penambangan di lahan IUP mereka. "Masih sama di Bangka Belitung. Kami sudah lirik-lirik, seperti di Myanmar, tetapi belum ada hasilnya," katanya.
Setiap tahun TINS mengalokasikan lebih dari Rp 150 miliar untuk membiayai kegiatan eksplorasi. Saat ini, kegiatan operasi eksplorasi terus ditingkatkan untuk mengejar potensi endapan timah primer dan alluvial dalam.
Selain itu TINS juga gencar melakukan kegiatan eksplorasi untuk mengejar keberadaan mineral ikutan dan logam tanah jarang (rare earht elements).
Sebagai catatan hingga akhir kuartal III 2015 PT Timah membukukan pendapatan Rp 5,14 triliun, naik sebesar 13,27% dari periode yang sama tahun lalu. Sementara laba bersih sekitar Rp 10,39 miliar. Hanya saja Agung belum bisa memberikan berapa prognosa penghasilan dan laba bersih perusahaan ini hingga akhir tahun mendatang.
Hanya saja, sebagai gambaran, penurunan harga jual timah tentu mempengaruhi neraca TINS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News