Reporter: Filemon Agung | Editor: Noverius Laoli
Setali tiga uang, Direktur Utama Nicke Widyawati menjelaskan kondisi ini bagus bagi sektor hilir Pertamina sekalipun memberikan dampak pula untuk sisi bisnis hulu. "Di hilir ini kan bagus karena kita akan beli banyak jadinya mumpung harga masih (rendah)," kata Nicke dalam kesempatan yang sama.
Kendati demikian, ia belum bisa memastikan seberapa besar tambahan impor crude yang disasar oleh Pertamina. Mengutip keterangan di laman resmi Pertamina, sepanjang 2019 lalu impor minyak mentah Pertamina mencapai 87,06 juta barel dengan nilai mencapai, US$ 5,7 miliar.
Baca Juga: Moody's: Penurunan harga minyak akan berdampak pada 3 bank terbesar Singapura
Sementara itu, impor BBM Pertamina pada periode 2019 lalu mencapai 128,42 juta barel dengan nilai US$ 8,87 miliar.
Dalam catatan Kontan.co.id, pada Januari lalu Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memangkas jatah impor crude atau minyak mentah PT Pertamina pada 2020.
Impor crude yang dikurangi mencapai 30 juta barel setahun dan selama ini pengajuan impor Pertamina berkisar hingga 80 juta barel. Pemangkasan jatah impor membuat Pertamina hanya bisa mengimpor minyak sebanyak 50 juta barel di tahun ini.
Baca Juga: WNI ketiga positif corona di Singapura tidak tertular di Indonesia
Kala itu, Pertamina mengaku akan mematuhi kuota impor crude yang ditetapkan pemerintah pada 2020.
Di sisi lain, Pertamina mengklaim juga akan mengoptimalkan penyerapan minyak mentah dari dalam negeri yang didapat baik dari bagian pemerintah (government intake), anak perusahaan Pertamina dan pembelian bagian Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News