Reporter: Havid Vebri,Hikmah Yanti | Editor: Test Test
JAKARTA. Mestinya ini menjadi kabar gembira bagi pengusaha minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO). Setelah sempat terpuruk selama beberapa bulan terakhir, harga CPO di pasar dalam negeri kembali merangkak naik.
Kemarin, harga CPO hasil tender di Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PT Perkebunan Nusantara (PTPN) menguat dari Rp 5.138 per kg menjadi Rp 5.250 per kg. Ada kemungkinan, kenaikan harga CPO akan berlanjut hingga akhir tahun.
Selain di Indonesia, harga CPO di Malaysia juga mulai naik. Harga CPO di Malaysia Derivative Exchange naik ke level RM 2.185 (US$ 632,42) per ton. Sebelumnya, harga CPO di pasar Malaysia menggelepar di posisi RM 2.040 (US$ 589,23) per ton.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Akmaludin Hasibuan bilang, harga CPO naik lantaran terpicu ulah spekulan. Menurutnya, krisis di pasar finansial yang melanda dunia membuat para spekulan kembali melirik sektor komoditas sebagai sarana investasi. "CPO juga mulai dilirik lagi oleh mereka," ucapnya, Jumat (19/9).
Kehadiran dan ulah spekulan ternyata tak selamanya berdampak buruk bagi pasar CPO di Indonesia. Ada sisi positif kehadiran spekulan CPO.
Sekadar catatan, mulai September hingga Desember 2008 ini bakal ada panen raya sawit. Akmaludin memperkirakan, volume produksi CPO pada masa panen raya kali ini akan mencapai 2,3 juta ton.
Nah, para spekulan biasanya akan memborong CPO yang ada di pasar. Dus, CPO hasil panen bakal terserap. "Aksi mereka akan menghilangkan ancaman over supply CPO," imbuhnya.
Masalahnya, Akmaludin melihat harga CPO tak akan terkerek tinggi. Ia memperkirakan, hingga akhir tahun harga minyak sawit paling tinggi akan mencapai Rp 6.000 per kg. Alasannya, pasar CPO sudah telanjur menanggung tekanan hebat. Tekanan itu salah satunya berupa over supply CPO.
Tekanan lain juga datang dari negara-negara Eropa yang melarang penggunaan biodiesel berbahan baku sawit. "Jadi kami prediksi harga belum akan seperti dulu mencapai US$ 900 hingga US$ 1.000 per ton," tandas Akmaludin.
Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga sependapat dengan Akmaluddin. Menurutnya, ulah para spekulan belum akan mengubah keadaan harga menjadi lebih baik.
Sahat bilang, instrumen yang paling efektif mengerek harga CPO adalah kewajiban atau mandatory pemakaian biodiesel di sektor industri. Maklum, kehadiran beleid ini sama halnya garansi bahwa seluruh produksi CPO bakal terserap pasar di dalam negeri.
Jika pemerintah segera menerbitkan beleid itu, Sahat yakin harga CPO akan langsung melejit. "Kami perkirakan harga CPO domestik akan naik menjadi Rp 8.000 hingga Rp 9.000 per kg, sedangkan harga dunia bisa mencapai US$ 800 sampai US$ 900 per ton," ujar dia.