Sumber: KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) terus meluncur drastis. Anehnya, harga minyak goreng berbahan baku CPO tetap mahal. Harganya minyak goreng curah di tingkat pengecer, misalnya, anteng Rp 8.000 per kilogram (kg). Adapun harga minyak goreng kemasan pabrik masih di atas Rp 9.000 per liter.
Padahal, di perdagangan Bursa Malaysia Derivatives Exchange, Jumat (14/11), harga CPO tinggal US$ 429 per ton. Harga itu sudah melorot 40% ketimbang harga tertinggi pada 12 September 2008 sebesar US$ 715 per ton.
Ini sebuah gejala dagang yang tak lazim. Dalam hitungan Sahat Sinaga, Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI), seharusnya harga minyak goreng di tingkat pengecer cuma Rp 6.000 hingga Rp 7.000 per kg.
Lantas, rantai bisnis mana yang memanfaatkan situasi sehingga harga si licin gurih enggan turun? Benarkah ini buah dari ulah para pengusaha minyak goreng?
Industri menampik keras tudingan ini. Harga di industri tak terlalu jauh dari harga pembelian bahan baku. “Dari hitungan kami, harga minyak goreng di tingkat produsen hanya Rp 5.200 per kg, kalaupun lebih selisihnya Rp 100 atau Rp 200,” kata Sahat, Minggu (16/11).
Ketua Asosiasi Industri Minyak Makan Indonesia (AIMMI) Adi Wisoko ikut meyakinkan bahwa di tingkat produsen, harga minyak goreng curah hanya Rp 5.600 per kg. “Ini sudah yang terendah dan ikut harga CPO saat ini,” ujarnya.
Memang, pelemahan rupiah terhadap dolar ikut mempengaruhi harga produksi. Sebab, produsen minyak goreng membeli CPO pakai dolar. Adi mencontohkan, pada tender pekan lalu, harga CPO sekitar Rp 4.900 - Rp 5.000 per kg. Setelah menghitung biaya pengolahan, ada penambahan Rp 1.000 per kg. Sampai ke pengecer, harga pokok bertambah lagi Rp 1.200 per kg. Berarti, harga eceran minyak goreng yang wajar sekitar Rp 7.000 per kg. Jelas, harga eceran sekarang tak normal.
Sahat menduga, harga minyak goreng bertahan tinggi karena ulah pengecer. “Pengecer mengambil untung terlalu banyak,” tudingnya. Robert, Managing Director Permata Hijau Group, produsen minyak goreng, juga sepakat harga maksimal pengecer Rp 7.000 per kg. “Lebih dari itu, pengecer pasti ambil untung terlalu besar,” ujarnya.
Artinya, selama ini, konsumen membayar terlalu mahal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News