Reporter: Handoyo | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Para pengepul rotan di Kalimantan memutuskan untuk menumpuk rotan ketimbang menjual rotan kepada pengusaha mebel dan furnitur di pulau Jawa. Para pengepul rotan itu beralasan, harga pembelian rotan dari pengusaha mebel di Jawa terlalu rendah dari harga yang mereka harapkan.
Para pengepul itu bilang, pengusaha mebel di Jawa hanya mampu membeli rotan senilai Rp 6.000 per kilogram (kg) per batang. Sementara, harga produksi rotan ditangan pengepul sudah melebihi Rp 10.000 per kg. "Sementara di Jawa, hanya mampu membeli harga Rp 6.000 per kg per batang," kata Rudyzar, beberapa waktu lalu.
Sebelum dipasarkan, rotan asal Kalimantan biasanya diolah terlebih dahulu menjadi produk setengah jadi. Asal tahu saja, sebelum dipasarkan rotan-rotan itu dimasak terlebih dahulu dengan menggunakan minyak sawit dan belerang.
Padahal, sebelum diberlakukan pelarangan ekspor rotan pada awal tahun lalu, para pengepul rotan bisa melakukan subsidi dengan memberlakukan harga yang lebih mahal kepada eksportir dan menjual lebih murah untuk pasar lokal. "Dulu kami bisa subsidi silang pada produk rotan yang dijual," kata Rudyzar.
Rudyzar mencontohkan, sebelum dilakukan penghentian ekspor rotan mentah awal tahun lalu, rotan-rotan milik mereka bisa dijual seharga US$ 1.800 per ton sampai US$ 2.000 per ton, atau sekitar Rp 17.000 per kg-Rp 18.000 per kg.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News