kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Harga Solar industri naik, Samindo rogoh kocek hingga Rp 400 miliar tahun ini


Jumat, 20 Juli 2018 / 15:30 WIB
Harga Solar industri naik, Samindo rogoh kocek hingga Rp 400 miliar tahun ini
ILUSTRASI. Ahmad Saleh - Samindo Resources


Reporter: Azis Husaini | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan harga minyak dunia yang terus mendekati US$ 80 per barel memicu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis solar industri. 

Akibat kenaikan harga solar industri itu, PT Samindo Resources Tbk (MYOH) yang mengoperasikan 133 dump truck dan 18 eskavator terkena imbasnya. Tahun ini bahkan Samindo harus menyiapkan dana besar untuk cost bahan bakar solar itu.

Direktur PT Samindo Resources Tbk menjelaskan, peningkatan harga minyak dunia yang diikuti oleh kenaikan harga BBM serta meroketnya nilai tukar rupiah menjadi tantangan bagi industri jasa pertambangan. Apalagi BBM merupakan komponen utama dalam biaya material pada perusahaan jasa pertambangan. 

“secara rata-rata, kontribusi biaya material terhadap total produksi perusahaan jasa pertambangan mencapai 40%,” ujar Ahmad Saleh ke Kontan.co.id, Jumat (20/7).

Bayangkan saya, awal tahun 2018 harga solar industri masih dikisaran Rp 6.000 per liter, namun pada pertengahan 2018 ini harga solar industri sudah mencapai Rp 8.000 per liter. 

Alhasil pihaknya harus menyiapkan dana hanya untuk Solar sekitar Rp 300 miliar-Rp 400 miliar untuk tahun ini. “Dalam setahun kita bisa menggunakan Solar 48-50 juta liter per tahun,” ungkap Saleh.

Menurut Saleh, dampak dari terus meroketnya harga minyak dunia dan nilai tukar rupiah tidak hanya terhadap harga BBM. Sebagian dari suku cadang yang digunakan untuk alat-alat berat harus didatangkan dari luar negeri. “Oleh karena itu, melonjaknya nilai tukar rupiah otomatis mendorong kenaikan harga suku cadang,” katanya.

Saat ini kurs rupiah sudah mencapai di atas level Rp 14.515 per dolar AS dari sebelumnya berada di level Rp 13.300-13.500. Mencermati situasi tersebut, Saleh bilang, pihaknya telah mengambil empat langkah strategis untuk melakukan efisiensi biaya.

Pertama, manajemen Samindo membeli BBM dalam jumlah besar dengan mempertimbangkan prediksi harga BBM dalam beberapa bulan ke depan. Pembelian BBM dalam jumlah besar juga mendapatkan potongan harga sehingga dapat menghemat biaya pembelian BBM. 

“Kami juga ada tim yang memantau soal harga, misalnya harga akan naik, kami akan beli dua atau sebulan sebelumnya sebelum harga naik. Kan lumayan selisihnya,” ujarnya.

Kedua, Samindo secara konsisten memelihara jalan, salah satunya adalah mengatur tingkat kemiringan. Derajat kemiringan jalan cukup signifikan dalam memengaruhi konsumsi BBM. “Tingginya kemiringan jalan otomatis meningkatkan tenaga yang digunakan, yang otomatis meningkatkan konsumsi BBM,” katanya.

Ketiga, pemeliharaan jalan juga berdampak terhadap pemakaian ban. Pemeliharaan jalan secara berkelanjutan berhasil memperpanjang durasi pemakaian ban. “Saat ini pergantian ban terjadi setiap enam bulan, sebelumnya pergantian ban dilakukan setiap empat bulan,” kata Saleh.

Keempat, manajemen juga menginstruksikan kepada para pengemudi alat berat untuk mematikan mesin pada saat pertukaran shift. Kegiatan operasional tambang berlangsung selama 24 jam dilakukan dalam tiga shift. “Dump truck itu halau mau tahu, setiap 1 jam menyedit 80 liter solar,” imbuh dia.

Saleh menjelaskan, dengan empat upaya itu pihaknya berharap bisa melakukan efisiensi penggunaan BBM sebesar 5% dari total pemakaian 48-50 juta liter tahun ini. “kami tetap menjaga untuk 1 pengerukan bank cubic metre (bcm) menggunakan solar hanya 0,9 liter, jangan sampai 1 liter,” ungkap Saleh. Asal tahu saja untuk 1 bcm itu sama dengan 2,4 ton per kubik.

Adapun untuk biaya jasa tambang secara gambaran kasar untuk pengerukan 1 bcm biayanya US$ 1,5 sampai US$ 2,5. Sementara biaya angkut dari stock pile ke pelabuhan untuk bisa mencapai US$ 2.

Adapun kenaikan biaya jasa tambang yang diminta oleh Samindo sudah dilakukan tahun ini. “Seperti memang tidak bisa naik harga lagi karena kami sudah naikan saat harga batubara naik awal tahun lalu,” ungkap Investor Relation Samindo Ahmad Zaki.

Tahun ini, Samindo memproyeksikan pemindahan lahan atau overburden removal sebesar 54 juta bank cubic meter bcm, terdiri atas 49 juta bcm untuk PT Kideco Jaya Agung dan 5 juta bcm untuk PT Gunung Bayan Pratama (anak usaha PT Bayan Resources Tbk), naik dari tahun lalu sebesar 48 juta bcm Kideco dan 2,5 juta bcm Gunung Bayan Pratama.

Sementara produksi batubara sepanjang 2018 diproyeksikan mencapai 10,9 juta ton. Hingga kuartal I, produksi batubara baru mencapai 2 juta ton.

Zaki menyatakan, untuk semester I-2018 produksi dan kinerja perusahaan belum terlihat karena data dari manajemen belum sampai. Tetapi melihat kinerja kuartal I-2018 dan tahun lalu, ditambah lagi harga batubara naik maka kinerja perusahaan diprediksi akan naik juga di semester I-2018 ini. “Saya kira masih bagus kinerja kami,” imbuh dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×