kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga udang tiarap, nilai ekspor anjlok


Senin, 03 Agustus 2015 / 11:16 WIB
Harga udang tiarap, nilai ekspor anjlok


Reporter: Adisti Dini Indreswari | Editor: Havid Vebri

JAKARTA. Pembudidaya dan eksportir udang nasional mulai galau. Pasalnya, harga udang di pasaran ekspor kembali membungkuk alias turun. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat, harga udang di pasaran ekspor sempat turun ke level US$ 5,1 per kilogram (kg) dari sebelumnya US$ 5,6 per kg.

Saut P. Hutagalung, Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) KKP mengatakan, harga udang di pasaran ekspor sudah turun sejak kuartal III tahun 2014 dan terus melandai hingga awal tahun ini.

Salah satu penyebabnya, kata Saut, harga udang sudah naik terlalu tinggi sejak 2013 hingga akhir 2014. "Jadi, harga udang mencari titik keseimbangan," ungkap Saut kepada KONTAN, akhir pekan lalu.

Saut menambahkan, dalam kondisi seperti ini, pemerintah tidak bisa berbuat banyak untuk memperbaiki anjloknya harga udang nasional di pasar ekspor. Sebab, "Selama ini harga udang mengikuti mekanisme pasar," imbuh dia.

Nilai ekspor merosot

Membungkuknya harga udang di pasar internasional, tentu mempengaruhi kinerja ekspornya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS),   hingga Mei 2015, volume ekspor udang nasional mencapai 64,37 juta ton atau naik 3% di atas periode yang sama tahun lalu. Namun, di sisi lain, nilai ekspor udang menyusut 15% menjadi US$ 608,66 juta.

Thomas Darmawan, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pengelolaan dan Pemasaran Produk Perikanan (AP5I) membenarkan harga udang di pasar ekspor mengalami penurunan. Namun, berbeda dengan data BPS, AP5I mencatat volume ekspor udang sampai Mei 2015 naik 8% dari periode yang sama tahun lalu menjadi 79,20 juta ton. Namun, nilai ekspor udang drop 13% menjadi US$ 710 juta.

Menurut Thomas, selain faktor titik keseimbangan, anjloknya harga udang di pasar ekspor juga dipicu merosotnya impor udang Amerika Serikat (AS). Contohnya, pada Mei 2015, impor udang AS turun 3,2%. Selama ini, AS merupakan salah satu negara tujuan ekspor udang Indonesia.

Indonesia dan India adalah dua negara pemasok terbesar kebutuhan impor udang negeri adidaya tersebut. "Tapi India membanting harga udangnya. Hal itu membuat permintaan terhadap udang India meningkat," ujar Thomas.

Iwan Sutanto, Ketua Umum Shrimp Club Indonesia (SCI), mengatakan, jebloknya harga udang di pasar ekspor semakin menambah beban penambak. Sebab, harga udang di tingkat petambak juga sedang lesu. Contohnya harga udang untuk size 60 turun perlahan dari Rp 67.000 per kg menjadi tinggal Rp 53.000 per kg.

Sudah begitu, saat ini, pasokan udang dalam negeri juga sedang seret akibat wabah penyakit white feses. Penyakit ini menyebabkan pertumbuhan udang lamban dan keropos. Penyakit ini menyerang udang sejak berumur 16 hari hingga 80 hari menjelang panen.

Alhasil, menurut Iwan, sekitar 70%-80% tambak udang di Indonesia terancam gagal panen. "Kami sulit mengambil langkah antisipasi, karena penyakit baru," ujar Iwan.

Biasanya, lanjut Iwan, panen udang bisa berlangsung empat hingga lima bulan sekali atau dua kali setahun. Dia menghitung, pada semester pertama tahun ini, hasil panen udang anggota SCI hanya sekitar 200.000 ton.

Iwan pesimistis jumlah produksi itu akan membaik pada musim panen udang di semester kedua tahun ini. Dengan kata lain, pada musim panen di semester kedua mendatang, hasil budidaya udang diperkirakan hanya 200.000 ton.

Tahun ini, kata Iwan, SCI menargetkan produksi udang bisa meningkat 20% dari tahun lalu yang mencapai 300.000 ton."Tapi, target itu bisa saja hilang dan tidak tercapai akibat penyakit white feses menyerang udang," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×