Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM, Rosan Roeslani mengungkapkan perkembangan mengenai rencana pembelian 50 unit pesawat Boeng dari Amerika Serikat (AS).
Adapun pembelian pesawat tersebut merupakan bagian dari kesepakatan dagang dengan AS.
Rosan menjelaskan, kesepakatan pembelian pesawat tersebut sebenarnya sudah terjadi sebelum pandemi Covid-19 antara PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) dan Boeing.
Namun, hingga saat ini baru satu unit pesawat yang dikirim, sementara 49 lainnya belum terealisasi.
Baca Juga: Bos Garuda Ungkap Sumber Pendanaan Beli 50 Pesawat Boeing dari AS
"Sebetulnya kesepakatan itu antara Boeing dan Garuda itu sudah ada sebelum Covid, pembelian 50 pesawat Boeing itu. Yang sudah terkirim itu baru satu, jadi 49 yang kurang," ujar Rosan kepada awak media di Jakarta, Selasa (29/7/2025).
Rosan mengungkapkan, pihak Boeing dan Garuda telah melakukan pertemuan lanjutan, termasuk juga berdiskusi dengan pemerintah, untuk membahas kelanjutan kontrak tersebut.
Namun, pengiriman pesawat baru dari Boeing diproyeksikan baru bisa dilakukan pada 2031–2032 karena padatnya antrean produksi.
"Karena delivery-nya ini untuk Boeing sekarang yang baru itu paling cepat itu adalah tahun 2031-2032 untuk pesawat yang baru. Nah, oleh sebab itu kami kan mencapai kepercayaan manajemen adalah pertama optimalisasi dari pesawat yang adanya," jelasnya.
Sementara menunggu pengiriman tersebut, pemerintah mendorong Garuda Indonesia untuk mengoptimalkan armada yang sudah ada.
Salah satu langkah yang diambil adalah pemberian pinjaman senilai lebih dari US$ 400 juta kepada Garuda, yang digunakan khusus untuk perawatan dan perbaikan pesawat.
"Untuk maintenance dan repairment. Karena banyak sekali pesawat dari Citilink maupun Garuda yang sudah di-grounded, di-grounded tidak bisa terbang. Padahal kita tetap bayar leasingnya. Nah, itu kita bilang di-benerin dulu supaya mereka bisa terbang," jelasnya.
Saat ini, rata-rata waktu terbang pesawat Garuda baru mencapai 5 jam per hari, jauh di bawah standar ideal yang seharusnya 12 jam. Pemerintah pun menekankan pentingnya efisiensi, baik dari sisi utilisasi pesawat maupun optimalisasi rute penerbangan.
Baca Juga: Airlangga Beberkan Perkembangan Rencana Garuda Beli 50 Pesawat Boeing
Rosan juga menambahkan bahwa ke depan, Garuda akan didorong melakukan transformasi menyeluruh, termasuk dalam teknologi dan layanan.
Untuk pesanan Boeing sendiri, pemerintah ingin agar manajemen Garuda menyiapkan perencanaan jangka panjang, termasuk kemungkinan renegosiasi syarat dan ketentuan pembelian.
"Kita komitmen untuk beli 50, dan itu sudah ada, sudah ditandatangani. Nah, tapi mungkin kita akan coba renego lagi dari term and condition-nya yang lebih baik," imbuh Rosan.
Selanjutnya: Budi Arie: Meski Kopdes Bisa Akses Kredit Rp 3 Miliar, Belum Bisa Jalan Otomatis
Menarik Dibaca: Cobain Yuk! Resep Keju Tom and Jerry Viral yang Renyah di Luar dan Creamy di dalam
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News