Reporter: Filemon Agung | Editor: Yudho Winarto
Demi memuluskan mimpi ini, perusahaan setrum pelat merah tersebut telah meresmikan 21 Green Hydrogen Plant dengan produksi green hydrogen mencapai 124 juta ton excess power atau di luar jumlah yang digunakan untuk pendinginan pembangkit listrik.
Merujuk hitung-hitungan PLN, dengan rata-rata konsumsi hidrogen kendaraan 0,8 kg per 100 kilometer, maka 124 ton green hydrogen yang diproduksi bisa digunakan untuk 424 mobil per tahun yang bergerak 100 kilometer setiap harinya.
Angka tersebut bisa menurunkan emisi karbon hingga 3,72 juta kg CO2 dan mengurangi impor BBM sebesar 1,55 juta liter per tahun, mengganti energi impor menjadi energi dalam negeri.
Jumlah emisi yang dihasilkan sektor transportasi tergolong cukup tinggi, mencapai 280 juta ton per tahun. Tanpa terobosan apa-apa, jumlah emisi ini berpotensi meroket hingga 890 juta ton per tahun pada 2060 mendatang.
Sayangnya, dengan waktu yang tersisa kurang dari 10 tahun, PLN memiliki sejumlah pekerjaan rumah yang menanti jika ingin mendorong ekosistem kendaraan berbasis hidrogen hijau.
Baca Juga: PLN Kantongi 14 Kerja Sama dari Dubai
"Pemerintah dan PLN perlu memastikan ketersediaan dan target pemanfaatan hidrogen hijau ke depannya, juga peta jalan pengembangan infrastrukturnya," kata Peneliti INDEF Abra Talattov.
Setidaknya, untuk dapat mendorong ekosistem ini, perlu ada keterlibatan industri otomotif. Berkaca dari upaya mendorong kendaraan listrik, ketersediaan infrastruktur hingga dukungan insentif dapat menjadi "pemanis" untuk menarik minat investor.
Peneliti Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Eniya Listiani Dewi mengungkapkan, demi memuluskan rencana pengembangan ekosistem kendaraan berbasis hidrogen hijau, diperlukan dukungan pemerintah dari sisi perbaikan regulasi.
"Regulasi yang mengadopsi infrastruktur karena nanti kebutuhannya (meningkat)," terang Eniya.
Bak gayung bersambut, Kementerian ESDM berencana menyiapkan sejumlah aturan untuk menyengat ekosistem kendaraan hidrogen hijau.
Baca Juga: PLN dan HDF Energy Perkuat Kerja Sama Hidrogen Hijau untuk Indonesia Timur
"Dengan apa yang sudah dilakukan oleh PLN dan BRIN, kita akan merumuskan lebih lanjut terkait bisnis hidrogen ini khususnya untuk energi, yang kita gunakan sebagai bahan bakar," jelas Feby.
Sebagai tahap awal, PLN bersama BRIN merencanakan pembangunan 6 titik stasiun pengisian ulang hidrogen hijau dari Jakarta hingga Patimban.
Hidrogen hijau yang dihasilkan di Indonesia pada akhirnya tidak hanya bermanfaat untuk kebutuhan domestik.
Setidaknya, dalam rencana pemerintah, hidrogen hijau yang dihasilkan dapat dipasarkan untuk negara-negara lain seperti Jepang, Singapura hingga Korea.
Pada akhirnya, selain mencapai target netralitas karbon, pelaku usaha turut mengeruk peluang bisnis dari hidrogen hijau.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News