Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - MINAHASA SELATAN. Hingga Oktober 2024 atau periode sepuluh bulan tahun ini, net profit atau laba bersih PT Elnusa Tbk (ELSA) telah menyentuh angka Rp 603 miliar.
Direktur Utama Elnusa Bachtiar Soeria Atmadja mengungkapkan, kenaikan laba bersih ini juga sejalan dengan kenaikan margin laba bersih Elnusa.
"Sampai Oktober sudah Rp 603 miliar net profit after tax. Dan sekarang di Oktober ini sudah 5,6% net profit margin kami," ungkap Bachtiar dalam acara media gathering yang dilaksanakan Jumat (29/11).
Dia menambahkan, persentase margin laba bersih Elnusa juga telah meningkat dari tahun ke tahun. Sepanjang 2021, net profit margin Elnusa menyentuh angka 1,4% kemudian pada tahun 2022 sebesar 3%. Lalu pada tahun 2023 sebesar 4%.
Baca Juga: Strategi Ekspansi Elnusa (ELSA) Sasar Eksplorasi Tambang Batubara hingga Nikel
Dengan kinerja keuangan yang meningkat, Bachtiar menambahkan target laba bersih sepanjang tahun 2024 hingga Rp 1 triliun, bukanlah hal yang mustahil.
Sebelumnya, Bachtiar menargetkan Elnusa dapat meraup laba bersih Rp 1 triliun hingga tutup tahun. Hal ini diungkapnya setelah laba bersih semester I-2024 menyentuh angka Rp 400 miliar lebih atau sudah mendekati laba Elnusa sepanjang tahun 2023 lalu.
Sedangkan untuk pendapatan, Bachtiar bilang hingga Oktober ini Elnusa telah mencatat pendapatan sebesar Rp 10,93 triliun. Dengan perbandingan pendapatan dari segmen distribusi dan logistik energi serta pendapatan dari hulu migas terintegrasi atau bisnis upstream hampir setara.
"Sekarang sudah agak berimbang, dari (segmen) distribusi logistik sekarang 50% revenue-nya ya. Kemudian yang (segmen) hulu atau upstream sudah 40% dan yang 10% itu support atau jasa penunjang migas. Sebenernya yang 10% juga support-nya ke hulu, jadi (pendapatan) sudah 50:50," jelas Bachtiar.
Baca Juga: Elnusa (ELSA) Garap Survei Seismik di Area Konsesi Tambang Batubara Grup Bayan
Adapun, sebagai salah satu anak usaha dari PT Pertamina Hulu Energi (PHE) yang tergabung dalam subholding upstream Pertamina, target pendapatan dan laba Elnusa selama 10 bulan ini sudah melebihi dari target internal yang dijanjikan kepada perusahaan induk.
"Kalau target internal atau target kita dengan PHE itu sudah terpenuhi, karena kan tiap tahun kita membuktikan tumbuh," ungkap Bachtiar.
Dari sisi penyerapan anggaran belanja modal (capex) ELSA telah menggunakan 57% dari total dana capex Rp 526 miliar atau sebesar Rp 302 miliar.
Lebih rinci penggunaan capex ini terbagi untuk sektor jasa distribusi logistik dan energi di bawah anak usaha Elnusa yaitu PT Elnusa Petrofin (EPN) yaitu pengadaan docking kapal dan investasi mobil tangki BBM. Serta untuk penyelesaian proyek pengembangan terminal bahan bakar di Labuan Bajo.
Baca Juga: Rekomendasi Saham Emiten Energi Bakal Tersengat Kabinet Trump yang Pro Energi Fosil
Dari sektor hulu migas, Elnusa menggunakan capex untuk mendukung upstream service mereka dengan berinvestasi di seismic atau servis dalam penggunaan gelombang seismik untuk memetakan struktur bawah tanah dalam industri minyak dan gas (migas).
"Investasi di seismic, kita untuk yang promax GRS itu, atau namanya Geoscience Reservoir Seismic," kata Bachtiar.
Selain itu ada pula investasi untuk Hydraulic Workover Unit (HWU), mobile well testing migas dan wire line cable service untuk mengelola dan merawat sumur minyak dan gas.
Terakhir, penggunaan capex untuk sektor penunjang migas yaitu pengadaan satu kapal Kruk Dredging dan Accommodation Work Barge (AWB).
"Untuk yang support (jasa penunjang migas) itu di Elnusa Transamudra. Kita realisasi ada satu kapal Kruk Dredging, dan juga kita realisasi Accommodation Work Barge (AWB) buat kru," tutup dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News