Sumber: KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Turunnya kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) asal Eropa dan Amerika akibat krisis keuangan global membuat hotel-hotel di Bali mengalihkan bidikan pasarnya ke wilayah lain. Pasar Asia menjadi target utama, kemudian menyusul wilayah lainnya.
Penurunan wisman dari dua kawasan itu sangat terasa. "Saya kira wajar saja, karena krisis global lebih didominasi kedua benua itu. Karenanya, hotel-hotel di Bali kini akan membidik pasar di Asia," kata Executive Director Bali Hotels Association Djinaldi Gosana, Kamis (12/2).
Namun Djinaldi optimistis, tingkat kunjungan wisman dari Asia masih menunjukkan perkembangan cukup bagus.
Strategi jemput bola
Agar lebih efisien, menurut Djinaldi, pihaknya kini melakukan strategi menjemput bola. "Kami melakukan kunjungan serta mengirim brosur ke negara-negara tujuan," bebernya. Tak hanya itu, mereka juga memberikan paket-paket khusus bagi wisatawan Asia yang menginap. Misalnya, jika memesan akomodasi tujuh hari, ada bonus makan dan satu hari menginap gratis.
I Wayan Sukadana, Manajer Umum Agung Raka Bungalows mengamini hal ini. Saat ini, pihaknya sedang membidik pasar Asia seperti Jepang, Korea, Taiwan, China, Thailand, dan Malaysia untuk meningkatkan tingkat hunian.
Caranya dengan mengirimkan surat edaran melalui faksimili serta melakukan kunjungan langsung. "Untuk kunjungan, kami memilih yang dekat-dekat saja seperti Malaysia. Ini demi penghematan biaya promosi," tukasnya.
Wayan mengaku, pihaknya cukup tertohok dengan penurunan wisman asal Eropa dan Amerika. "Padahal, 70% tamu kami adalah wisman asal Eropa," keluhnya.
Selain pasar Asia, hotel-hotel juga akan membidik pasar lain yang potensial. Kabarnya, mereka juga tengah mengincar wisman asal Rusia, Timur Tengah, dan juga Turki.
Djinaldi tidak membantah rencana ini. Pengelola hotel di Bali masih terus mempelajari dan melihat peluang pasar di luar Asia. "Australia juga merupakan pasar bagus. Selama ini, kami lihat mereka menginap di Bali dalam waktu relatif lama," ungkapnya.
Hanya saja, strategi jemput bola ini tampaknya hanya terbatas sampai April tahun ini, sebelum musim liburan. Selain itu, dana promosi hotel juga terbatas.
Menurut Djinaldi, selama ini, seluruh hotel di Bali melakukan kegiatan promosi dengan biaya sendiri. "Kami tidak mau berlama-lama mengandalkan pemerintah," tukasnya seraya menyayangkan kebijakan pemerintah yang tak mendukung kegiatan promosi wisata.
Sementara, Direktur Komunikasi Pemasaran The Laguna Resort & Spa Nusa Dua Bali Sugeng Purnomo mengakui penurunan wisman asal Eropa dan Amerika Serikat. Namun, menurutnya, kondisi ini merupakan kondisi yang wajar mengingat saat ini bukanlah musim liburan. "Tapi, saya optimistis, Bali masih menjadi incaran para wisatawan," imbuh Sugeng.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News