kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.191.000   16.000   0,74%
  • USD/IDR 16.742   -34,00   -0,20%
  • IDX 8.099   58,67   0,73%
  • KOMPAS100 1.123   8,34   0,75%
  • LQ45 803   6,91   0,87%
  • ISSI 282   2,37   0,85%
  • IDX30 422   3,62   0,87%
  • IDXHIDIV20 480   0,21   0,04%
  • IDX80 123   1,39   1,14%
  • IDXV30 134   0,51   0,38%
  • IDXQ30 133   0,20   0,15%

ICA-CEPA Buka Peluang Besar Ekspor Hasil Laut Indonesia ke Pasar Kanada


Minggu, 28 September 2025 / 13:38 WIB
ICA-CEPA Buka Peluang Besar Ekspor Hasil Laut Indonesia ke Pasar Kanada
ILUSTRASI. Sejumlah produk Indonesia akan langsung menikmati tarif 0% ke Kanada berkat perjanjian dagang ICA-CEPA. ANTARA FOTO/Ampelsa/nym.


Reporter: Shintia Rahma Islamiati | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Sejumlah produk Indonesia akan langsung menikmati tarif 0% ke Kanada berkat perjanjian dagang Indonesia-Canada Comprehensive Economic Partnership Agreement (ICA-CEPA) yang diteken pada 24 September 2025. Salah satunya adalah komoditas hasil laut.

Ketua Umum Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Dani Setiawan menilai penghapusan tarif ekspor merupakan langkah positif, tetapi bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan produk laut Indonesia masuk ke pasar Kanada.

“Dalam perdagangan internasional, mengeliminasi hambatan tarif memang penting, tetapi negara maju kerap menerapkan hambatan non-tarif yang membatasi penetrasi produk seafood dari Indonesia. Karena itu, negosiasi dagang sebaiknya juga fokus pada hambatan-hambatan non-tarif,” ujar Dani kepada Kontan, Minggu (28/9/2025).

Baca Juga: Produk Udang Indonesia Tersandung Kasus Radioaktif, Eksportir Tuntut Transparansi Uji

Dani menyebut sejumlah produk laut Indonesia yang memiliki peluang besar masuk ke pasar Kanada antara lain tuna, udang, rajungan, dan ikan tilapia. 

Namun, nelayan tradisional masih menghadapi sejumlah tantangan untuk bisa terlibat langsung dalam rantai ekspor.

“Beberapa tantangan diantaranya terkait sertifikasi. Nelayan kecil masih kesulitan mengakses pasar ekspor karena mengurus sertifikat kelayakan produk itu rumit dan biayanya besar,” kata Dani.

Baca Juga: KNTI: Revitalisasi Tambak Harus Sertai Pemberdayaan, Bukan Kuasai Pemodal Besar

Selain itu, Dani mengatakan, akses permodalan dan kemitraan usaha dengan eksportir besar juga masih terbatas bagi nelayan.

Untuk itu, KNTI berharap pemerintah tidak hanya berhenti pada pencapaian tarif 0%, melainkan juga memperkuat basis produksi nelayan kecil. 

“Infrastruktur harus dilengkapi, biaya produksi ditekan agar produk lebih kompetitif, fasilitasi kemitraan dengan eksportir, serta perkuat organisasi ekonomi nelayan,” pungkas Dani.

Selanjutnya: Harga Komoditas Energi Menguat, Begini Prospeknya pada Akhir Tahun

Menarik Dibaca: Tips Praktis Nutrisi Anak Gen Alpha Lewat Susu & Mikronutrien

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×