Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kesepakatan dagang Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) dinilai dapat mendorong kinerja ekspor produk-produk tekstil Indonesia.
Menurut Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) jika IEU-CEPA berlaku seperti yang ditargetkan pada September 2025 mendatang, nilai ekspor produk tekstil bisa meningkat dua kali lipat.
"Hal ini sudah ditunggu kalangan pertekstilan sejak lama. Ekspor benang filamen ke Uni Eropa saat ini sekitar US$ 50 juta. Dengan tarif 5%-7%, dan implementasi IEU-CEPA, kita harap bisa push naik 2 kali lipat," ungkap Ketua Umum APSyFI Redma G. Wirawasta kepada Kontan, Rabu (16/07).
Redma menambahkan, selain dorongan dari implementasi IEU-CEPA, penyesuaian certificate of origin (COO) yang diwajibkan untuk produk-produk tekstil juga sudah dipenuhi oleh produsen dalam negeri.
Baca Juga: IEU-CEPA Dinilai Lebih Menguntungkan Indonesia Dibanding Kerja Sama dengan AS
"Bagi produsen benang COO tidak akan menjadi hambatan karena bahan baku utama kita semuanya berasal dari dalam negeri," katanya.
Ia menambahkan, dengan berlakunya COO, terdapat potensi lain hilir industri tekstil yang juga akan terdorong menggunakan bahan baku lokal.
Selain IEU-CEPA dengan negara-negara Eropa, APSyFI ungkap Redma menyambut baik persentase tarif resiprokal atau tarif timbal balik dari Presiden AS, Donald Trump kepada Indonesia sebesar 19%, yang turun dari sebelumnya 32%.
"Tambahan tarif 19% ini memberatkan, tapi setidaknya kita masih bisa bersaing dengan Vietnam. Terlebih dengan Bangladesh yang masih 35%, ini cukup melegakan khususnya untuk industri (tekstil) di hilir," ungkapnya.
Baca Juga: Pengusaha Sepatu Sebut Kesepakatan IEU-CEPA Sebagai Perluasan, Bukan Pengganti Pasar
Adapun, klaim Presiden Trump yang menyebut telah mendapatkan akses kepada pasar Indonesia, menurut Redma khususnya untuk impor barang tekstil dari AS sifatnya hanya sebagai pelengkap atau komplementer.
"Jadi tidak akan langsung bersaing dengan barang kita. Bahkan bahan baku primer seperti kapas yang kita tidak produksi, nanti bisa kita impor dari AS," ujarnya.
Selanjutnya: Pertumbuhan Kredit Lambat, BI Sentil Bank Lebih Suka Taruh di Surat Berharga
Menarik Dibaca: Tayang September, Official Teaser Trailer Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah Dirilis
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News