kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

IISIA: Keterbatasan bahan baku kemasan kaleng disiasati dengan pengiriman bertahap


Jumat, 07 Agustus 2020 / 19:28 WIB
IISIA: Keterbatasan bahan baku kemasan kaleng disiasati dengan pengiriman bertahap
ILUSTRASI. IISIA menegaskan permintaan kaleng yang melonjak karena bantuan sosial (bansos) hanya bersifat sementara.


Reporter: Agung Hidayat, Arfyana Citra Rahayu | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia (IISIA) menegaskan permintaan yang melonjak ke produsen kaleng karena bantuan sosial (bansos) hanya bersifat sementara. Oleh karenanya impor bahan baku bukan solusi yang tepat. 

Ketua Umum Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia Silmy Karim menyatakan tidak perlu impor karena permintaan melonjak ini tidak permanen. "Hal ini bisa disiasati dengan pengiriman bertahap. Pengiriman bahan baku bisa disesuaikan dengan kapasitas pabrik," kata Silmy kepada Kontan.co.id, Jumat (7/8).  

Di sisi lain, Silmy bilang jikalau impor bahan baku, barangnya juga butuh satu sampai dua bulan untuk sampai ke Indonesia. Oleh karena itu, Silmy mengakui heran mengapa solusinya impor. 

Silmy menegaskan impor sudah menjadi perhatian presiden sehingga para pemangku kepentingan yang mengeluarkan izin impor tidak lagi mudah mengeluarkan izin. "Dan ini bagus untuk Indonesia, belajar untuk mandiri," kata Silmy. 

Baca Juga: Produsen kaleng kekurangan bahan baku, kuatir lonjakan impor barang jadi

Industri kaleng ketiban rezeki karena kebutuhan makanan kemasan yang meningkat di tengah pandemi corona. Arif Junaidi, Wakil Ketua Asosiasi Produsen Kemasan Kaleng Indonesia (APPKI), ada empat pabrik kaleng yang mampu memproduksi untuk kebutuhan kemasan sarden. Kapasitas produksinya sekitar 50 juta pieces per bulan, kurang lebih sama dengan kapasitas produksi pengalengan ikan sarden lokal.

Tapi bahan baku kaleng cukup terbatas untuk didapatkan. "Hal ini berpengaruh ke industri pengalengan ikan yang kesulitan mendapatkan kemasan. Saat itu ada yang mengatakan bahwa pasokan ikannya banyak hanya saja kalengnya kurang, maka tak lama kemudian mulai muncul impor kaleng utuh dari China," ungkap Arif.

Jumlah yang diimpor sangat besar, hingga jutaan pieces, yang sangat disayangkan APPKI karena industri lokal sudah cukup memadai memenuhi kebutuhan industri pengalengan ikan. Untuk itu asosiasi berharap ada kontrol terhadap impor ini, jangan sampai merugikan pabrikan kaleng dalam negeri.

Baca Juga: Pandemi mendorong permintaan kaleng kemasan sarden, pabrikan tingkatkan utilisasi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×